Hunter

381 22 1
                                    

Mereka berdua hanya termenung bersama melihat kejadian yang sedang terjadi. Seolah tidak bisa berkata-kata tentang apa yang menjadi kenyataan.

"8 Poin." ulang Ruki sambil kembali memperhatikan angka di jam tangannya dan memastikan bahwa pandangannya tidak salah.

"Aku benar kan, Neo..." ujar Ruki lagi.

"Yahhh... Kamu mendapatkan 8 poin, poin pertamamu..." balas Neo.

"Apa ini karena aku bisa menebak kata kunci untuk membuka database Klub Novel dan Sastra?" tanya Ruki.

"Soal itu... Aku juga tidak tahu, tapi mungkin saja memang begitu, karena aku tidak mendapat poin sepertimu." kata Neo mencoba berpikir.

"Hmmmm... Kalau dipikir-pikir, ini adalah jumlah poin yang lumayan besar." kata Ruki.

"Yah cukup besar untuk sebuah poin yang kita dapat dengan cara kebaikan." timpal Neo.

"Ingatkah kamu, ketika diawal aku berkata padamu, bahwa merusak barang akan mendapat poin 15. Saat itu kamu bilang kita masih bisa mendapat poin dengan cara kebaikan misal dengan membersihkan lantai asrama yang mendapat poin 1" terang Neo lagi.

"Ahhh... Soal itu..." tanggap Ruki.

"Bayangkan, betapa cepatnya teman teman Kak Zeriff yang merusak dan merampas barang barang anak baru mendapat tambahan poin yang besar. Bagi mereka 100 poin adalah hal yang kecil. Tidak seperti kita." kata Neo.

"Kamu saja harus kesulitan seperti ini dan masih mendapat poin yang lebih rendah dari apa yang mereka lakukan." kesal Neo.

"Lalu misalnya, apakah kita mau menggunakan cara itu? Misalanya kita akan membersihkan lantai asrama sebanyak 100 kali untuk mendapat poin sebesar 100?" tanya Neo lagi.

"Itu tidak jelas..." jawab Ruki sambil tersenyum.

"Hahhhhh...? Apa maksudmu." jawab Neo bingung dengan perkataan Ruki.

"Seingatku, saat membaca buku merah, selain membersihkan lantai asrama, membuang sampah dan menjaga kebersihan juga mendapat poin 1" jelas Ruki.

"Lalu kenapa? Makanya aku mengajakmu untuk melakukannya sampai 100 kali." kata Neo lagi.

"Seperti kataku tadi, itu tidak jelas..." balas Ruki.

"Tidak jelas bagaimana, dicoba saja belum..." dengus Neo agak kesal.

"Dicoba? Bahkan kamu sendiri sudah mencobanya..." balas Ruki.

"Aku...? Mencoba...? Kapan?" bingung Neo.

"Saat kamu membuang bekas wadah takoyaki dan kaleng kosong ke tempat sampah saat kita selesai menyantapnya." jelas Ruki.

"Wak-waktu itu... Be-benar juga..." pikir Neo yang tersadar.

"Setelah kamu melakukan itu hingga sekarang tidak ada poin yang kamu dapat." jelas Ruki lagi.

"Jangan jangang buku merah itu berbohong." khawatir Neo.

"Tidak... Aku tidak berpikir begitu. Aku yakin buku itu benar, namun hanya saja tidak jelas."

"Apa maksudmu?" tanya Neo yang kembali penasaran.

"Dibuku itu jelas bahwa membuang sampah, membersihkan lantai asrama itu akan mendapat poin satu, tapi..." kata Ruki tak melanjutkan kalimatnya.

"Tapi apa?"

"Tapi... Tidak jelas seberapa. Maksudku... Membuang sampah itu, harus berapa banyak sampah yang dibuang? Harus sampah seperti apa yang dibuang? Harus bibuang kemana? Atau, lantai bagian mana asrama yang harus dibersihkan? Seberapa luas lantai asrama yang harus dibersihkan? Semuanya benar-benar tidak jelas dan mendetail." terang Ruki.

Sekolah/NerakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang