Kakak, Apa yang Kakak Lakukan?

518 25 3
                                    

"Padahal baru beberapa saat yang lalu aku bilang ke Ruki bahwa kita betiga ini ibarat tikus dan Lina adalah kejunya. Sekarang.... semuanya berubah drastis. Sekarang... tidak hanya Lina, namun kita berempat menjadi keju empuk bagi mereka berlima, anak-anak Klub Sepak Bola" pikir Yori putus asa setelah merasa ter- skakmat.

"Ga-gawat sekali..... kenapa jadi begini. Habis sudah...." pasrah Yori yang berubah ketakutan.

"Hehehe... apa kalian sudah sadar sekarang. Hmmm.... dari wajah kalian, tampaknya kalian mulai paham" kata anak itu masih berbicara.

"Kak.. bagaimana ini? habis kita..." panik Yuki berbisik pelan pada kakaknya.

"Kenapa situasi cepat sekali berubah di tempat ini. Apakah sekolah ditempat ini, seolah tidak ada waktu untuk menghela nafas. Masalah terus datang silih berganti. Yang sebelumnya saja belum beres, kini terus dihadapkan oleh situasi yang semakin memburuk" jerit Ruki dalam hatinya.

"Ki-kini... semuanya hanya menunggu kepasrahan. Nasib kita ada di tangan mereka. Gagal semua rencana yang akan kita lakukan. Kita mungkin akan tersiksa habis-habisan oleh mereka. Selain itu, kita juga gagal dalam permainan Cinderella ini. Parahnya lagi, mungkin kita tidak akan bisa menemukan lapangan 8 hingga esok matahari terbit. Prosedur F, jelas-jelas menungggu kita di depan mata. Kenapa semua ini tidak terpikir olehku dari awal?" sesal Yori menyadari kesalahannya.

Tiba-tiba, anak yang menunggangi anak gawang itu, segera turun dari tunggangannya. Ia berjalan mendekati Ruki dan teman-temannya.

"Eh... tu-tunggu dulu..." pikir Yori dalam hati.

"Tidak terpikirkan dari awal? Sepertinya tidak begitu..." pikir Yori.

"Ini bukanlah kesalahan kita berempat disini. Sebelum sekelompok anak ini datang, kita tidak tahu bahwa Klub-klub yang lain ternyata juga memainkan permainan yang bertipe sama dengan Klub Novel dan Sastra. Kita saja baru tahu ada permainan anak gawang setelah mereka datang. Itu artinya, sebelum mereka datang kita tidak memikirkan kemungkinan ini bisa terjadi. Mungkin sedikit kesalahan adalah saat aku tidak terlalu menanggapi perkataan kak Alice yang mengatakan tugas mencari lapangan 8 itu berasal dari kak Zeriff" pikir Yori.

"Ma..mau apa kau?" kata Yuki yang ketakutan hingga melangkah mundur setelah melihat anak itu semakin jelas mendekat ke arah mereka.

"Heheheh.. heheheh..." tawanya tanpa berkata sepatah kata pun.

"Lihat muka kalian. Kalian sudah seperti seseorang yang kehilangan kepercayaan diri. Wajah kalian jelas menampakkan bahwa diri kalian sudah seperti kehilangan segala-galanya" senyum anak itu tambah lebar.

"Memang benar..... nasib kalian semua semua berada di tangan kami. Apapun bisa kami lakukan pada kalian berempat."

"Atau.... mau coba melawan....? yahhh, mungkin kalian penasaran dengan rasanya sengatan listrik, heheheh...."

"Hmmm... enaknya apa ya? Kujadikan mereka menjadi babi yang bisa kutunggangi seperti dia, atau ada ide yang lebih baik?" katanya masih tersenyum.

Anak itu berjalan semakin mendekat ke arah Ruki. 

"Sial!!!!!! Kenapa jadi begini... selesai sudah semuanya!!!" teriak Ruki tak berdaya dalam hatinya.

"Plukkk..." tiba-tiba tangan anak itu menepuk pundak Ruki.

Sontak saja, wajah Ruki berubah pucat pasi. Ia baru merasakan rasa terjepit yang luar biasa untuk pertama kalinya. Nasibnya kini tak ubahnya dengan ayam potong yang ada di peternakan. Anak itu seolah menjadi peternak yang siap memotong Ruki sebagai ayam yang siap terpenggal kapanpun.

"Hoo... wajahmu sampai memutih seperti itu Ruki... mana ketegaranmu yang tadi sempat kau tunjukkan saat berhadapan dengan Bu Furukawa?" senyumnya sambil tetap memegang pundak Ruki.

"Ka-kau..." kata Ruki tergagap.

"Kenapa takut seperti itu... bukankah kita ini teman sekelas?... heheheh" katanya tersenyum.

"A-APA YANG AKAN KAU LAKUKAN PADA RUKI?!!" teriak Yuki mencoba memotong tindakan anak itu.

"Hmmm... JANGAN BERTERIAK PADAKU!!!" tiba-tiba anak itu balik berteriak lantang.

"SADAR POSISI KALIAN!!!!" bentaknya lagi.

"Yu..yuki.." panggil Yori pelan untuk mengingatkan Yuki atas sikapnya.

Yori kemudian tiba-tiba bangkit dan berjalan mendekat ke arah anak itu.

"Hmmm.. BELUM MENGERTI JUGA, MAU APA KAU SEKARANG?" bentaknya keras yang kini ia alihkan pada Yori.

Yori terus saja berjalan mendekat dan tidak menghiraukan bentakan itu.

"MAU APA KAU BANGSATT!!!" ulangnya lagi.

Tiba-tiba....

Yori bersujud dan bersimpuh persis di depan kaki anak itu.

Sontak saja, semua pasang mata yang melihat tingkah Yori menjadi terkejut bukan main.

"Ka-kakak..?" gagap Yuki yang terkejut.

"Oi.. oi... Yori?" pikir Ruki terkejut.

"A-apa maksudnya ini?" kata anak itu yang tidak kalah terkejutnya.

"Tolong... maafkan kelakuan adik saya tuan. Kami mengaku salah tuan. Kami memohon pengampunan tuan-tuan semua. Namun jika tuan tidak bersedia mengampuni.... silakan hukum saya tuan" kata Yori lancar sambil masih bersujud di kaki anak itu.

Kembali, semua tak menyangka kalimat itu bisa keluar dari mulut Yori.

"Ka-kakak..." kata Yuki parau yang tiba-tiba mulai sedikit menangis. Ia tak menyangka kakaknya yang tenang dan cerdas bisa berubah menjadi seperti itu.

"Mohon ampuni kebodohan adik saya, Tuan.." ulang Yori berpasrah diri.

"Saya sanggup menanggungya..." mantap Yori.

"Ka-kak.. apa yang kau la-kukan..." kata Yuki tersedak melihat begitu cepatnya emosi yang terjadi.

Lina dan Ruki yang melihat itu hanya bisa menahan diri dan menegarkan hati.

"Tolong.... jangan sakiti adik dan kedua orang teman saya ini. biarkan mereka bertiga pergi. Bawa saja saya sebagai gantinya" kata Yori yang masih bersujud.

Perkataan Yori kembali membuat semua orang terkejut.

"Kak.. apa yang kakak lakukan...? kenapa jadi begini..? kita bahkan belum mendiskusikan ini? apa yang sedang kakak lakukan? Ayo bangun kak? Kenapa pula kakak harus bersujud di hadapan anak seperti dia?" teriak Yuki emosi dengan air mata yang menetes deras.

Yuki segera berjalan mendekati Yori.

"Ayo bangun kak... jangan menyerah dulu seperti ini? aku tahu poin kita memang kalah besar, tapi.... tapi...." putus Yuki yang kebingungan melanjutkan kata-katanya.

Namun untuk kesekian kalinya, tiba-tiba Yori kembali melakukan tindakan yang membuat orang terpana.

"Buakkk!!" Yori mendorong tubuh Yuki hingga terjatuh yang tadi hendak menyuruhnya bangkit.

"Apa katamu? Beginikah sikapmu pada tuan kita? Setelah semua sikap tidak sopanmu, kamu masih saja bersikap seolah tidak ada apa-apa?"

"MINTA MAAF LAH PADA TUAN KAMI!" teriak Yori kepada Yuki sambil tiba-tiba menekan kepala Yuki dan menyujudkannya ke tanah.

"Mohon ampun tuanku... adik saya ini memang bodoh... dia tidak mengerti sopan santun... maafkan lah kami..." kata Yori yang kini juga ikut kembali bersujud.

"Kak... kenapa jadi begini..." tangis Yuki tambah deras.

Ruki yang melihat dua kakak beradik itu tengah bersimpuh dan bersujud benar-benar bergetar hebat.

"Apakah ini yang coba direncanakan Yori? Ia coba menyadarkan dan mengajari kami semua....., inilah jadinya kalau kita tidak mempunyai poin yang besar. Yang kita bisa hanyalah bersujud dan memohon belas kasihan dari sang pemilik poin yang lebih besar. Kita benar-benar tak berdaya."

"Selain itu.... Sekarang Yori mencoba mengorbankan dirinya. Ia mencoba membebaskan kami bertiga dari anak-anak ini dan sebagai gantinya ia menyuruh mereka membawanya. Yori apakah itu yang memang benar-benar ingin kau lakukan sekarang. Tolong.. jangan lakukan itu. Jangan korbankan dirimu... aku benar-benar tidak tega melihat kalian sekarang" jerit Ruki dalam hati terdalamnya.

Sekolah/NerakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang