𝓟𝓮𝓻𝓽𝓮𝓶𝓾𝓪𝓷 𝓟𝓮𝓻𝓽𝓪𝓶𝓪 𝓐𝔀𝓪𝓵 𝓭𝓪𝓻𝓲 𝓹𝓮𝓷𝓭𝓮𝓴𝓪𝓽𝓪𝓷
~
Suara adzan berkumandang, Adhaza seorang gadis cantik berkulit putih terbangun dari tidurnya. Dia segera mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat subuh. Setelah shalat subuh Adhaza membantu bundanya membersihkan rumah dan selesai membantu bundanya beberes rumah ia langsung mandi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah.
"Ish ... mana sih dasi gue, perasaan kemarin gue taruh di sini. Kok sekarang ngga ada sih?" ucap Adhaza mencari-cari dasinya.
Adhaza mencari dasi sekolahnya di seluruh kamarnya namun hasilnya nihil. Ia memutuskan untuk keluar rumah dan bertanya kepada bundanya.
"Bunda tau dasi sekolah Caca ngga?"
"Bunda ngga tau Ca, emang kemarin kamu taruh di mana?" Vivi bunda Adhaza.
"Kemarin Adhaza taruh di dekat meja rias, tapi sekarang udah nggak ada. Makannya Caca tanya Bunda, siapa tau Bunda tau."
"Yakan, kamu tu selalu ceroboh! Lain kali kali naruh dasi jangan disembarangan tempat jadinya hilang kan."
"Ya Maaf kemarin Caca buru-buru pengen maen," sambil diiringi cengirannya.
"Kamu sih Main aja," goda Vivi kepada Adhaza
"Ya maap."
"Yaudah nggak usah pakek dasi ayo cepetan, ini udah jam setengah tujuh lho Ca dan kamu masih belum apa-apa."
Adhaza melihat penampilannya dari atas sampai bawah. Dan benar saja, saat ini ia masih belum menggunakan seragam sekolah akan tetapi ia sudah menggunakan menggunakan kaos kaki.
~~~~~
Adhaza masuk kegerbang sekolah setelah dia diantar bundanya. Adhaza menghentikan langkahnya tepat di depan pintu gerbang sekolah. Ia menepuk jidatnya seraya merutuki dirinya sendiri, bagaimana ia bisa lupa jika hari ini ada razia kelengkapan seragam sekolah.
"Sial, gue lupa kalo hari ini ada razia," umpat Adhaza.
Adhaza berjalan memasuki gerbang dengan cepat berharap semoga tidak ada anggota OSIS yang mengetahuinya. Adhaza menghembuskan nafas lega ketika tidak ada anggota OSIS yang mengetahuinya. Akan tetapi langkahnya kembali terhenti ketika ada yang memanggilnya.
"Berhenti!"
"Mampus!" ucap Adhaza di dalam hati.
Adhaza membalikkan tubuhnya menghadap salah satu anggota OSIS yang tadi memanggilnya.
"Mmmm, ada apa ya Kak?" tanya Adhaza.
"Kamu nggak sadar, kalau kamu melanggar peraturan sekolah?"
Adhaza menundukkan kepalanya menatap bajunya. "Sadar Kak."
"Coba sebutin apa kesalahan kamu?"
"Saya melanggar atribut sekolah, karena tidak memakai dasi," jawab Adhaza.
"Nah, sekarang kamu ikut saya!"
Adhaza dengan malas berjalan mengikuti kakak kelasnya itu. Langkahnya terhenti ketika ia sampai di tengah-tengah lapangan. Ternyata tidak sedikit yang mendapat hukuman, hampir lima puluh persen siswa-siswi SMA Pelita Bangsa berdiri di lapangan an basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Cold {SUDAH TERBIT}
Teen FictionEND Revisi {SEGERA TERBIT} "Bagiku kau adalah penyemangatku, tanpamu aku beku seperti es batu yang selalu memberikan hawa dingin di setiap waktu." Endra Anggara Prasetya, salah satu laki-laki tampan dan sering dijuluki dengan sebutan es kutub utar...