Perhatianmu sangat langka bagiku, senyumanmu meluluhkan hatiku, dan kehadiran mu selalu ku tunggu.
angan lupa vote
.
.
.
.Sudah 2 jam Adhaza menunggu jemputan di depan gerbang sekolah. Namun hasilnya nihil, tidak ada yang menjemputnya. Nomer bundanya tidak bisa dihubungi begitupun dengan nomer ayahnya.
Adhaza mencari taksi disekitar sekolah, namun hasilnya nihil, tidak ada satupun taksi yang lewat di depannya. Adhaza sudah pasrah dan akhirnya, memutuskan pulang dengan berjalan kaki dari sekolah karena jarak rumahnya dan sekolah lumayan dekat.
Saat di perempat menuju ke arah kompleks rumahnya, Adhaza merasa ada yang mengikuti dari belakang. Adhaza menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang, namun tidak ada siapa-siapa di belakangnya.
"Mungkin cuma perasaan gue aja," ucap Adhaza.
Adhaza lalu melangkah kembali menuju rumahnya. Namun saat akan melangkahkan kakinya, ia dihadang oleh tiga cowo dengan pakaian yang sangat urakan. Dan Adhaza tahu mereka siswa SMA Pelita Bangsa dari baju seragam yang dipakai mereka sama dengan baju yang dipakai olehnya.
"Haii cantik," ucap cowo itu yang bername tag Johan.
Adhaza memicingkan matanya, "lo siapa?" tanya Adhaza.
"Owh, jadi belum kenal sama kita?, kenalin nama gue Johan, di sebelah kiri gue Rafa, dan disebelah kanan gue Reza," ucap cowo itu sambil menunjuk temannya.
"Hay cantik, kenalan dong," ucap Rafa yang sedikit mendekat dan membuat Adhaza memundurkan langkahnya.
"Kok mundur sih? Sini kenalan sama kita, " ucap Reza mulai mendekati Adhaza.
"Kalian mau ngapain sih?" tanya Adhaza.
"Kita mau apa ya? Oiya kita cuma mau kenalan kok," ucap Johan yang berjalan mendekat ke arah Adhaza.
Adhaza terkejut ketika dagunya ditarik kasar oleh Johan.
"Ni bibirnya manis banget, jadi pengen nyobain gue."
"Yoi Jo, itu bibir menggoda." Timpal Adhaza.
"Langsung aja lah Jo!" ujar Reno tersenyum kecil.
Mata Adhaza terbuka lebar, ia sangat takut dan ia tidak tahu, harus minta bantuan ke siapa? Karena jalanan sangat lah sepi.
"Lepasin!" Teriak Adhaza dan mencoba melepas cekalan tangan Johan dari dagunya.
"Jangan dilepasin, kan aku mau nyobain."
"Najis!"
"Hahahahhaha, jangan gitu dong sayang. Pasti kamu juga mau kan?" tanya Johan.
"Nggak usah lama-lama Jo, langsung sikat aja!" ucap Rafa
Johan melirik temannya sebentar lalu kembali menatap Adhaza. Johan tersenyum miring, lalu perlahan mendekat kan wajahnya. Adhaza memberontak tetapi tenaga Johan lebih besar darinya.
"Jangan pliss!" ucap Adhaza memohon dengan mata yang berkaca kaca.
"Plis jangan ... jangann pliss!" tangis Adhaza pecah.
Bughh
Tiba-tiba ada seseorang yang melayangkan bogemannya ke wajah Johan. Orang itu adalah Endra, Endra menatap Adhaza lalu menghampiri nya.
"Lo nggak papa kan?" tanya Endra dan hanya dibalas anggukan oleh Adhaza.
"ANJING!" Umpat Johan yang ttersungkur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Cold {SUDAH TERBIT}
Teen FictionEND Revisi {SEGERA TERBIT} "Bagiku kau adalah penyemangatku, tanpamu aku beku seperti es batu yang selalu memberikan hawa dingin di setiap waktu." Endra Anggara Prasetya, salah satu laki-laki tampan dan sering dijuluki dengan sebutan es kutub utar...