Jangan lupa vote ya
.
.
.
.Adhaza merasa bosan, karena guru pengajar jam terakhir tak kunjung keluar. Sampai pada akhirnya salah satu teman sekelas Caca memberanikan diri untuk berbicara kepada guru.
"Bu, ini sudah habis jam nya," ucap Andi.
"Oh udah ya, yaudah kita akhiri dulu ya? Selamat siang," ucap guru tersebut mengakhiri pembelajaran.
Sepulang sekolah Adhaza dan Nina menunggu jemputan di depan gerbang sekolah. Tidak lama kemudian Ayahnya Nina datang tepat di depan mereka.
"Ca, mau bareng ngga?" tanya Nina.
"Nggak Na, gue nunggu aja," jawab Adhaza tersenyum manis.
"Owh oke, gue duluan ya ca," pamit Nina.
"Hati hati dijalan Na!"
Setelah Nina pulang Adhaza menunggu jemputannya, dan tiba-tiba HP Adhaza bergetar menandakan ada sebuah pesan masuk.
Bunda❤
"Sayang , maaf ya Bunda nggak bisa jemput kamu. Bunda hari ini keluar kota sama ayah selama 3 hari."AdhazaAlyP
"Iya Bunda sama Ayah hati-hati di jalan ya."Bunda❤😘
"Iya sayang kamu juga hati-hati ya di rumah ya, Bunda sayang Caca."AdhazaAlyP
"Caca juga sayang Bunda."Itulah pesan terakhir dari bunda nya. Adhaza pun segera pesan ojek online, akan tidak ada satu pun ojol yang menerima pesanannya. Sekolah sudah mulai sepi dan dia masih belum mendapatkan ojol untuk pulang.
Lengkap sudah penderitaan Adhaza hari ini, pagi-pagi sudah mendapatkan hukuman, bunda nya keluar kota bersama ayahnya dan sekarang tidak ada satupun ojol yang menerima pesanannya.
Jam sudah menunjukkan pukul 16.00 berarti adhaza sudah menunggu lama sekitar 1 jam, tidak ada satupun ojek dan taxi melewati sekolahnya. Adhaza sangat takut ia bingung harus gimana.
Dan tiba tiba terdengar suara klakson dari arah pintu gerbang. Adhaza pun segera menengok kearah seseorang yang menggunakan motor ninja kawasaki hitam. Adhaza tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, ia langsung menghampiri laki-laki tersebut untuk meminta tumpangan untuk pulang kerumah.
"Gue boleh nebeng ngga? Gue ngga ada yang jemput. Pesen ojol pun ngga ada yang ngambil pesenan gue," ucap adhaza memelas.
Namun tidak ada balasan dari laki laki tersebut dan adhaza pun tidak mengetahui siapa laki laki tersebut, yang terpenting sekarang ia harus bisa pulang bersama dengan laki-laki tersebut.
"Ya please ya,"ucap adhaza lagi akan tetapi laki-laki tersebut membuka helm tersebut dan Adhaza pun nampak kaget.
"Elu?"
"Apa?" jawab dingin laki-laki tersebut.
"Emmm gue boleh pulang bareng nggak?" tanya Adhaza sekali lagi.
Bukannya menjawab laki-laki tersebut malah mengalihkan pandangannya ke depan dan kembali memakai helmnya.
"Boleh apa engga?" tanya Adhaza.
"Naik!" perintah laki-laki tersebut.
"Beneran? Beneran gue boleh nebeng elu?" tanya Adhaza lagi memastikan bahwa pendengarannya tidak salah.
"Cepet naik atau gue tinggal!" ancam laki-laki tersebut seraya menyalakan motornya.
"Eh iya-iya. "
A
dhaza langsung menaiki motor tersebut dengan sangat senang. Ia sangat beruntung ada orang yang mau mengantarkannya pulang.
Setelah dipastikan Adhaza naik, laki-laki tersebut langsung menancapkan gasnya di atas rata-rata. Adhaza membelalakkan matanya terkejut, tangannya reflek langsung memeluk pinggang laki-laki tersebut.
"Anjim!" umpat Adhaza dari belakang.
Adhaza mengangkat tangannya lalu memukul punggung laki-laki tersebut dengan kencang. Karena merasa risih dan punggungnya terasa sangat sakit laki-laki itu langsung menepikan motornya.
"Sakit bego!" umpat laki-laki tersebut seraya menengok kebelakang.
"Lo lagi nantang malaikat pencabut nyawa ya? Kalo lo mau mati jangan ajak-ajak gue bego! Gue maunya pulang kerumah bukan ke kuburan," ucap Adhaza cepat tanpa jeda.
"Kan emang rumah lo kuburan."
Adhaza terdiam ia seperti makan omongannya sendiri. Laki-laki tersebut tersenyum simpul dibalik helmnya lalu kembali menjalankan motornya dengan kecepatan yang lebih tinggi dari sebelumnya.
"Sumpahhhh lo mau bunuh gue beneran.
Aaaaaaaaa Bundaaaa Caca takut. Caca nggaka mau mati, Caca masih mau sama Bunda sama Ayah. Caca belum bisa buat Bunda sama Ayah bangga. Malaikat pencabut nyawa, jangan cabut nyawa Caca dulu, Caca belum siap." Adhaza terus mencerocos diperjalanan, matanya ia tutup karena ia sangat pusing melihat sekeliling.Matanya kembali ia buka ketika ia merasa motor yang mereka kendarai berjalan dengan cukup pelan.
"Nah gini dong, kan enak selamat juga," ucap Adhaza.
"Alamat rumah lo?"
"Perumahan Lestari, blok B," jawab Adhaza.
Lanjut part 3.....
Baca guys jan lupa vote and comment ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Cold {SUDAH TERBIT}
Teen FictionEND Revisi {SEGERA TERBIT} "Bagiku kau adalah penyemangatku, tanpamu aku beku seperti es batu yang selalu memberikan hawa dingin di setiap waktu." Endra Anggara Prasetya, salah satu laki-laki tampan dan sering dijuluki dengan sebutan es kutub utar...