36. Kerja Sama ✔

354 38 7
                                    

Jangan lupa vote
.
.
.
.

Endra memasukkan motornya kedalam garasi rumahnya. Ia memicingkan matanya ketika melihat motor Galang sudah terparkir di dalamnya. Satu kata yang terlintas di pikirannya 'Tumben' . 

Endra langsung memasuki rumahnya, dan disambut oleh sang Mama yang sedang duduk di sofa bersama Nayla.
Endra mendekati Rina dan mencium tangannya.

“Bang, Galang tadi kesini nyariin Abang. Tapi Abang belum pulang, terus katanya dia nunggu Abang pulang aja,” ucap Rina.

“Sekarang, di mana?” tanya Endra.

“Di mana? Siapa yang di mana?” tanya Rina.

Endra menghela nafas. Terkadang mamanya ini telmi, seperti Fahry.

“Galang Ma, Galang di mana?”

“Owalah, Galang to? Dia di kamar kamu,” jawab Rina.

“Endra ke atas dulu.”

Endra menaiki tangga satu persatu. Ia memasuki kamarnya, dan langsung terlihat jelas batang hidung Galang yang sedang berkain game di handphone nya.

Endra meletakkan tas nya lalu menghampiri Galang yang tengah duduk di sofa kamarnya.

“Ada apa?” tanya Endra duduk di samping Galang

“Gue mau tanya.”

“Tanya apa?”

Galang menghentikan aktivitasnya lalu mematikan handphone dan meletakkannya di meja.

“Gue mau tanya, sebenarnya lo tuh —” ucapan Galang terpotong.

“Gue mandi dulu,” ucap Endra lalu berlalu masuk ke kamar mandi.

Galang menghela nafas kasar. Sahabatnya ini mempunyai kebiasaan yang menyebalkan. Contohnya seperti tadi, Endra menanyakan kedatangan dan maksud dia datang ke rumahnya, saat ia akan menceriakan Endra malah berpamitan untuk mandi. Galang hanya bisa mengelus dada sambil istigfar mengahadapi balok es kutub utara seperti Endra.

10 menit Endra telah selesai menjalankan ritual mandinya. Ia sudah nampak lebih segar daripada beberapa menit yang lalu. Rambutnya yang basah serta kaus hitam dan celana selutut membuat laki-laki itu terlihat dua kali lipat lebih tampan.

Sedari tadi Galang terus memperhatikan Endra yang keluar dari kamar mandi tersebut. Ia nampak takjub dengan ketampanan Endra. Sekarang Galang tau kenapa banyak gadis yang mengejar Endra yaitu 'tampan' . Dia yang laki-laki aja terpesona oleh ketampanan Endra, apalagi kaum hawa. Sudah dipastikan kaum hawa akan pingsan tepat di depan Endra.

Bukk

Endra melempar handuk yang tadi ia gunakan untuk mengeringkan rambut kepada Galang.

Galang menatap Endra tajam, “maksud lo apa?”

“Harusnya gue yang tanya, kenapa lo liatin gue? Lo suka?” tanya Endra percaya diri.

“Dih, sory, gue masih doyan cewek!” ucap Galang dengan menekan kata 'cewek'.

“Terus, tadi kenapa lo liatin gue?” tanya Endra.

“Nggak papa."

“Oh,” ucap Endra hanya ber oh ria.

Mereka berdua sama-sama diam. Tidak ada yang memulai berbicara. Endra berjalan menuju kasur king sizenya dan menyenderkan tubuhnya. Endra menutup matanya, hari ini sangat melelahkan baginya.

Galang menatap Endra, ia menanyakan apa yang selama ini ia ingin tanyakan kepada Endra. Galang menghembuskan nafas tenang sambil menutup matanya.

“Gue mau tanya, pertanyaan ini udah gue simpen sejak beberapa bulan ini.”

Senior Cold {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang