“Rasanya sangat sakit. Jika perjuangan ini tidak dihargai."
Jangan lupa vote
.
.
.
.Adhaza dan Nina kini sudah berdiri disamping mobil Garald, laki laki itu masih belum menampakkan batang hidungnya, padahal tadi dia berjalan di belakang Adhaza dan Nina.
Mata Adhaza tertuju pada Endra yang sedang berjalan menuju area parkir motor yang melewati area parkir untuk mobil. Bola mata mereka saling bertemu,namun Endra memutuskannya terlebih dahulu. Adhaza sangat menyesal dan merutuki dirinya sendiri karena ia sakit dan tidak bisa pulang bersama dengan Endra.
“Eh, nungguin ya?” tanya Gerald yang berjalan mendekat.
Adhaza dan Nina langsung menoleh ke arah Gerald, Nina tersenyum sinis, “kemana aja lo? Lama banget njir!” ucap Nina.
“Yee maap.”
“Maap, maap! Gue nungguin hampir karatan nih, liat kulit gue!” ujar Nina menyodorkan tangannya.
Gerald melirik tangan Nina, “ya ampun, kasian banget Nin! Mending di oprasi aja diganti tangan panda biar nggak gampang karatan!” ujar Gerald ngaco.
Pletak
Nina menjitak kepala Gerald kencang membuat Gerald meringis kesakitan.
“Aishh, galak banget anjir," ucap Gerald dengan raut wajah kesal.
“Kabur ah," ucap Nina langsung kabur menjauh dari Gerald.
Gerald sangat ingin mengejar Nina dan membalas jitakan itu, tetapi saat ia akan melangkahkan kakinya, lengannya dicegah oleh Adhaza.
“Dari pada lo ngejar Nina, mending sekarang lo anterin gue pulang deh!” ujar Adhaza.
Gerald memalingkan wajahnya menatap wajah Adhaza yang sedikit pucat, lalu tersenyum, “baik tuan putri, silahkan masuk!" ucap Gerald membukakan pintu mobilnya.
Setelah Adhaza masuk kedalam mobil, Gerald berlari memutari mobilnya dan segera masuk kedalam mobil dan duduk di kursi pengemudi.
Mobil Gerald melaju dengan kecepatan sedang. Di dalam mobil sangatlah hening tidak ada yang mengangkat suara untuk memulai obrolan.
“Ca?" Panggil Gerald dengan pandangan yang masih lurus ke depan.
Adhaza yang sibuk menatap keluar jendela kini menatap Gerald, “iya, Rald?”
“Lo udah punya pacar apa belum?” tanya Gerald to the poin.
Adhaza mengangkat sebelah alisnya, “belum, emang kenapa?” tanya Adhaza.
“Yess," ucap Gerald sambil mengepalkan tangan dan menariknya kebawah.
“Beneran belum?" tanya Gerald.
“Iya, belum. Emang kenapa?” tanya Adhaza.
“Kalau belum, gue mau nyalonin jadi pacar lo dan kalau bisa jadi pendamping hidup lo," jawab Gerald santai.
Adhaza melebarkan matanya tidak percaya dengan jawab Gerald, “maksud lo?” tanya Adhaza.
Gerald hanya diam tidak menjawabnya membuat Adhaza bertambah bingung. Keadaan pun menjadi hening kembali, hanya ada suara radio yang ada didalam mobil Gerald.
“Mau beli ice cream?" tanya Gerald.
“Mau," jawab Adhaza antusias.
“Tapi, lo kan masih sakit Ca!" ucap Gerald.
“Aaaaa, tapi gue mau," ucap Adhaza manja.
“Jangan ice cream deh, yang lainnya aja!”
“Tadi nawarin, sekarang nggak boleh.” Cibir Adhaza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Cold {SUDAH TERBIT}
Teen FictionEND Revisi {SEGERA TERBIT} "Bagiku kau adalah penyemangatku, tanpamu aku beku seperti es batu yang selalu memberikan hawa dingin di setiap waktu." Endra Anggara Prasetya, salah satu laki-laki tampan dan sering dijuluki dengan sebutan es kutub utar...