Jangan lupa vote
.
.
.
.“Nggak usah pegang-pegang! Inget bukan mukhrim nya,” ucap Galang.
“Sok suci lo, kemarin aja lo habis pegang-pegangan tangan sama Nina.” Sindir Fahry langsung mendapatkan tatapan tajam dari Galang.
Galang melotot kan matanya, ingin rasanya ia menjitak kepala Fahry sekarang. Akan tetapi keberadaan Loly membuatnya harus menahan amarah dan hanya bisa menyumpah serapahi Fahry dalam hati.
“Ishh, itu buka dong kresek nya! Kasian Endra,” ucap Loly ingin menarik kresek tersebut.
“Jangan macam-macam sama macan lo. Lo nggak tau, kalau macan marah kayak apa?” tanya Fahry.
“Kalau macan marah, bisa mati lo.” Tambah Galang.
“Bodoamat, mau macannya ngamuk, macan kelaperan, ataupun macannya ngamuk terus kelaperan habis itu bunuh gue, gue sih bodoamat. Demi ayang bubu Endra, gue akan berjuang,” ujar Loly.
“Uhh, romantis banget. Jadi pengen muntah,” ucap Fahry seraya menirukan seseorang ketika ingin muntah.
“Tapi, kayaknya justru lo bahayain diri lo sendiri deh,” ucap Galang seraya tersenyum sinis.
“Ya harus dong,” jawab Loly lalu kembali mendekati Endra mencoba menarik kresek hitam yang masih menutupi wajah tampan itu.
“Yaudah, terserah sih. Kita udah berusaha jelasin ke lo biar lo tetap hidup, tapi sepertinya lo malah milih mati daripada hidup. Ya, kan Lang?” ucap Fahry lalu melirik Galang yang masih santai duduk di samping Endra.
Galang tersenyum sinis lalu menganggukkan kepalanya.
“Lo pada bacot banget sih.” Desis Loly lalu menarik kresek hitam itu dan sekarang terlihat lah wajah Endra yang terlihat sangat datar sedang memandang tangannya yang berada di atas mejanya.
Loly tersenyum manis perlahan tangannya bergerak memegang pipi Endra. Namun belum sampai ia memegang pipi Endra dengan cepat Endra menepis tangan Loly kasar.
Brakk
Endra berdiri dari duduknya seraya menggebrak mejanya keras, sehingga membuat perhatian seluruh anak IPA 2 terpusat padanya. Deru napas Endra kini mulai terdengar sangat kasar yang menandakan bahwa laki-laki itu sudah tersulut emosi.
Endra menatap Loly dingin, kali ini ia benar-benar tersulut emosi. Moodnya hari ini benar-benar sangat hancur karena ulah menjijikkan dari dua orang yang sangat ia benci. Tanpa berkata-kata apapun, Endra langsung pergi keluar kelas sebelum amarahnya meledak di depan teman-temannya.
“Mungkin kali ini lo nggak jadi mati, tapi lihat aja nanti,” ucap Galang lalu segera mengejar Endra.
“Alhamdulillah, untung macannya nggak jadi makan lo walaupun dia lagi lapar. Kira-kira kenapa ya, macannya nggak mau makan lo?” tanya Fahry seraya membentuk tangannya berbentuk centang lalu menempelkan nya di bawah janggut.
“Ohhh, gue tauu ....” Fahry menggantungkan ucapannya. “Apa karena lo busuk ya? Jadi dia nggak mau makan bangkai busuk kayak lo.” Lanjut Fahry menurunkan tangannya lalu melipat kedua tangannya di depan dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Cold {SUDAH TERBIT}
Teen FictionEND Revisi {SEGERA TERBIT} "Bagiku kau adalah penyemangatku, tanpamu aku beku seperti es batu yang selalu memberikan hawa dingin di setiap waktu." Endra Anggara Prasetya, salah satu laki-laki tampan dan sering dijuluki dengan sebutan es kutub utar...