Jangan lupa vote
.
.
.
.Mata Adhaza perlahan terbuka melihat sekeliling nya, kepalanya sangat pusing ketika ia mencoba akan mendudukkan tubuhnya.
“Engh,” engah Adhaza
Gerald yang berada di dalam ruangan itu langsung memutar kepalanya menatap Adhaza yang kini mulai siuman. Dengan sigap, ia langsung berlari menuju ranjang Adhaza.
“Ca, lo nggak apa-apa kan?” tanya Gerald khawatir.
“Gue dimana?”
“Lo lagi dirumah sakit Ca,” jawab Gerald
“Ohh.”
“Lo, nggak apa-apa kan?” tanya Gerald lagi.
“Pusing.”
“Bentar ya,gue panggilin dokter.”
Gerald berlari keluar ruangan. Dan tidak lama kemudian ia masuk bersama dua orang yang berpakaian serba putih.
Dokter tersebut langsung memeriksa Adhaza. Setelah dipastikan baik-baik saja, dokter itu menghampiri Gerald.
“Bagaimana, Dok?” tanya Gerald.
“Wali dari Adhaza siapa? Apakah ada anggota keluarganya yang mengetahui kecelakaan yang menimpa Adhaza?” tanya dokter tersebut.
“Orang tua Adhaza ... belum tahu dok, dan saya siap, menjadi wali untuk Adhaza.” ucap Gerald.
“Baiklah, ikut keruangan saya!”
“TUNGGU!”
Sebelum Gerald dan dokter itu melangkahkan kakinya, tiba-tiba ada seseorang yang mengangkat suaranya. Mereka kompak membalikkan badannya dan menatap orang tersebut.
“Nina?” ucap Gerald sambil menaikkan sebelah alisnya.
“Saya wali dari Adhaza dokter.” ucap Nina tanpa menatap ke arah Gerald
Dokter itu mengangguk, “ikut saya!” ucap dokter tersebut.
Flashback On
Sebelum pulang sekolah, Nina mampir terlebih dahulu di cafe dekat sekolahannya. Ia menduduki salah satu meja yang terletak di dekat jendela. Dan jendela kaca tersebut mengarahkan langsung ke SMA Pelita Bangsa.
Tidak lama kemudian pesanannya datang dan ia langsung menyantapnya sambil melihat orang yang berlalu lalang. Tidak sengaja matanya melihat Adhaza yang sedang berdiri di dekat pagar sekolah. Padahal sekarang jam sudah menunjukkan pukul lima sore.
Nina langsung bergegas menghampiri Adhaza. Namun ia kalah cepat dengan taxi yang melintas di depan Adhaza. Adhaza langsung menaiki taxi tersebut.
Perasaan Nina sangat tidak enak ketika taxi itu belok ke arah kiri, padahal harusnya taxi itu belok ke kanan. Dengan cepat ia segera mengambil motornya dan segera mengikuti taxi yang dikendarai Adhaza.
“Argghhh, sial!” geram Nina ketika ia kehilangan jejak taxi itu.
Nina menghentikan motornya tepi jalan. Ia sangat khawatir kepada Adhaza. Ia mengeluarkan ponselnya dan segera mencari kontak bernama 'Caca'.
Kekhawatiran Nina bertambah menjadi dua kali lipat ketika panggilannya tidak di angkat oleh Adhaza. Ia segera menaiki motornya kembali dan melakukannya dengan kecepatan tinggi.
“Ya Allah, Caca kemana?” ucap Adhaza dengan mata berkaca kaca.
Nina mengerem mendadak ketika lampu lalu lintas berubah menjadi merah. “Arghh, siall!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Cold {SUDAH TERBIT}
Teen FictionEND Revisi {SEGERA TERBIT} "Bagiku kau adalah penyemangatku, tanpamu aku beku seperti es batu yang selalu memberikan hawa dingin di setiap waktu." Endra Anggara Prasetya, salah satu laki-laki tampan dan sering dijuluki dengan sebutan es kutub utar...