35.

335 46 4
                                    

Jangan lupa vote
.
.
.
.

Endra memarkirkan motornya lalu segera berjalan menuju kelasnya. Endra bernafas lega, karena belum ada banyak datang. Entah kenapa, hari ini Endra ingin berangkat pagi.

Endra memasuki kelasnya yang terlihat sangat sepi. Ia langsung menuju tempat duduknya dan menaruh tasnya. Ia menyenderkan punggungnya ke kursi dan tangannya sibuk mengotak ngatik ponselnya lalu memasangkan earphone. Ia memilih memejamkan matanya dan menikmati lagu.

Suara langkah kaki menandakan ada seseorang yang datang. Endra merasakan bahwa orang itu berhenti tepat di depan tempat duduknya.

“Morning, beib,” sapa Loly.

Bukannya menjawab atau membuka matanya, Endra masih tetap memejamkan matanya.

“Fiuhhh, ini masih pagi, Loly,” ucap Loly pada dirinya sendiri.

Loly mendaratkan bokongnya dibangku depan Endra, lebih tepatnya tempat duduk  Fahry. Ia memandang Endra dengan kedua tangan yang digunakan untuk menyangga wajahnya.

Perlahan, tangan Loly bergerak untuk menyentuh wajah Endra. Namun dengan gesit, Endra langsung menepis tangan Loly hingga kasar.

Plakk

“Awww,” desis Loly merasa kesakitan.

Mata Endra terbuka sempurna, ia menatap Loly dengan sorot mata tajam. Endra segera berdiri sebelum emosinya hilang kendali.

“Eh, mau ke mana?” tanya Loly.

Bukannya menjawab, Endra malah berjalan keluar kelas dengan kedua tangannya yang dimasukkan kedalam saku celana.

“Yahh, padahal gue mau ngomong sesuatu. Mungkin lo juga bakal kaget.” ucap Loly sedikit berteriak.

Endra memberhentikan langkahnya lalu membalikkan badannya. “Apa?” tanya Endra.

“Berita ini menggemparkan, mungkin lo juga bakal kecewa,” ucap Loly

“Maksud lo?”

“Nanti juga tau sendiri,” ucap Loly

“Gaje,”

Endra memilih menuju ruang Pramuka untuk mengecek data-data. Setelah selesai memeriksa data, ia membaringkan tubuhnya di sofa kecil yang berada di ruang Pramuka.

“Wehh bree, tumben pagi-pagi kesini?” tanya Juanda menarik kursi lalu duduk didekat Endra.

“Hmm.”

“Singkat banget, Ya Allah,” ucap Juanda

“Hmm.”

“Yakan, selain hmm ada nggak?” tanya Juanda

“Ada.”

“Nah itu ada. Coba lagi,” ucap Juanda

“Apa?”

“Ngomong lagi, ”

“Ini udah ngomong.”

Juanda menghela nafas, ia menatap Endra tanpa kedip dan menatap dengan intens membuat Endra merasa risih.

Dukk

“Arghh, sakit bego!” ucap Juanda merasa kesakitan karena kakinya ditendang oleh Endra.

“Gitu aja sakit.”

“Ya, sakit lah bego, lo nendang kenceng banget anjir.”

“Sorry.”

“Enak banget ngomong sorry,”

Senior Cold {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang