39.

332 41 6
                                    

Jangan lupa vote
.
.
.
.

Ocehan serta deru nafas ingin membunuh kini yang dirasakan oleh Adhaza. Sedari tadi Adhaza mendapatkan omelan dan tatapan tajam dari Nina karena ia tidak memberi tahu Nina, bahwa ia sedang berkumpul bersama trio senior most wanted. Siapa lagi kalau bukan, Endra, Fahry, dan juga Galang.

“Kenapa lo nggak ngabarin gue sih?” tanya Nina kesal.

“Kan tadi lo masih ngerjain soal,” jawab Adhaza.

“Tapi kan lo bisa telfon atau chat gue Ca!”

“Nanti kalau gue telfon, nggak lo angkat. Terus kalau gue chat juga nggak bakal lo buka."

“Yakan, gue bisa buka pas udah selesai ngerjain.”

“Kan gue juga nggak kepikiran. Gue juga nggak nyangka kalau gue bakal diajak Kak Endra,” ujar Adhaza seraya memasukkan alat tulis serta buku kedalam tasnya. “Gue duluan ya? Gerald udah nungguin," ucap Adhaza segera beranjak dari duduknya.

“CACA! GUE BELUM SELESAI!” teriak Nina namun diabaikan oleh Adhaza.

Adhaza tertawa mendengar teriakan Nina. Ia sebenarnya mendengarnya, tetapi ia hanya mengabaikannya. Karena jika Adhaza menanggapinya, Nina akan terus menceramahi nya tanpa jeda.

“Bahagia banget,” ucap seseorang yang amat tidak disukai oleh Adhaza.

Adhaza menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya menatap Loly. Sebelah alis Adhaza terangkat serta senyum sinis yang terlukis di bibirnya.

“Kenapa? Iri?” tanya Adhaza.

“Iri? Buat apa iri sama lo. Kalau dibanding gue sama lo, ya jelas lebih plus plus gue lah!” ucap Loly mengibaskan rambut panjangnya.

“Plus plus apanya? Jahatnya? Kejamnya? Atau kasarnya?”

“Maksud lo apa?” tanya Loly melangkahkan kakinya mendekat ke Adhaza.

“Nggak usah pura-pura nggak tahu! Gue tau semuanya."

“Tahu apaan?”

“Yang nyelakain gue, dan yang nyulik gue, itu lo kan?” tanya Adhaza mengintimidasi.

“Terus? Masalah gitu?”

“Dasar licik! Kalau lo mau nyingkirin gue nggak gitu caranya bego! Bukannya dapet emas tapi malah dapet ular berbisa, upss!” ucap Adhaza membalikkan tubuhnya dan kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

“Berani lo ngatain gue bego? Lihat aja besok!” teriak Loly.

“Lah iya, bego banget lo!” ucap Nina yang tiba-tiba sudah berdiri belakang Loly.

Loly menatap Nina, “waw, penikung satu pergi, penikung dua datang.”

“Maksud lo apa? Nyebut gue penikung,” tanya Nina tidak terima.

“Ya karena lo itu udah ngrebut Galang dari gue!” bentak Loly.

Nina terkejut ketika Loly membentak nya. “Lah? Bukannya lo suka Kak Endra?” tanya Nina. “Jangan-jangan, cowok satu sekolah lo semuanya suka? Mang Didin juga lo suka, wah ati-ati Kak. Ati-ati diamuk sama istrinya yang galaknya tingkat dewa itu,” ucap Nina mengada-ngada.

“Ya enggak lah. Ya kali, satu sekolah gue suka. Asal lo tau, Endra itu gebetan pertama gue, Galang itu gebetan kedua gue, dan Fahry itu gebetan ketiga gue. Walaupun otaknya Fahry kadang lemot tapi nggak apa-apa, yang penting ganteng!” ujar Loly panjang lebar. “Oh iya, satu lagi. Yang new nih,” ucap Loly menggantung.

“Siapa?” tanya Nina sambil bersedekap.

“Dih kok kepo. Yaudah karena gue kasihan sama lo, gue kasih tau deh. Gebetan new gue itu Gerald Arasya,” ucap Loly santai.

Senior Cold {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang