30. Permintaan maaf ✔

480 52 8
                                    

“Melihatnya pedih, rasanya perih, kedekatanmu dengannya membuat hatiku sedih.”

Jangan lupa vote
.
.
.
.

Endra berjalan di koridor kelas 12 untuk memasuki kelasnya. Langkahnya terhenti ketika ada seseorang yang memanggilnya. Endra tau siapa yang memanggilnya, ia membalikkan badan dan menatap Adhaza yang kesulitan untuk bernafas, karena sedari tadi ia mengejar Endra.

"Kak Endra." Panggil Adhaza.

"Apa?"

"Ini buat Kak Endra, jangan lupa dimakan ya!" ujar Adhaza memberikan kotak bekal kepada Endra.

Endra menatap kotak bekal itu. Ia tidak menyangka, bahwa Adhaza akan memberinya bekal kedua kalinya setelah kemarin dia di bully oleh Loly.

Wajah Adhaza berubah sedikit muram ketika Endra tidak menerima kotak bekal darinya. "Yahh, Kakak nggak mau ya?Padahal gue masaknya dengan penuh perjuangan loh," ucap Adhaza.

Endra menerima kotak bekal itu, "thanks."

Senyum Adhaza mulai mengembang, "iya, sama-sama. Jangan lupa dimakan ya!" ujar Adhaza dan dibalas anggukan oleh Endra.

"Yaudah Kak, gue ke kelas dulu," ucap Adhaza lalu berjalan menuju koridor kelas 10.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang sedang memperhatikan mereka secara diam diam. Tangannya mengepal ketika melihat Adhaza memberikan kotak bekal kepada Endra. Ya, orang itu adalah Gerald. Setelah melihat pemandangan yang tidak mengenakkan baginya, ia langsung bergegas menuju kelas.

Gerald memasuki kelas dengan wajah datar tidak seperti biasanya,yang selalu tersenyum dan mengucapkan 'good morning'. Namun kali ini beda, ia masuk dengan nafas yang memburu, dan langsung duduk di bangkunya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Rio teman sebangku Gerald terpelonjak kaget katika Gerald membanting tasnya di atas bangku. Ia menatap Gerald yang terlihat aneh hari ini.
"Lo kenapa?" tanya Rio.

Krik krik
Gerald tidak menjawab pertanyaan dari Rio. Rio hanya menghela nafas, "lo kenapa? Coba cerita sama gue," ucap Rio lagi.

"Bukan urusan lo!" jawab Gerald dingin.

"Yaudah nggak papa, lain kali aja kalau lo udah siap, cerita ke gue. Gue selalu siap jadi pendengar keluh kesah lo," ucap Rio. wahh mas Rio kata katanya so sweet.

Gerald menatap Rio, "thanks Yo."

"Udah udah jangan melow dong!" ucap Nina yang tiba-tiba duduk di bangku depan Gerald.

Gerald tersenyum simpul, "siapa juga yang melow," ucap Gerald.

"Lah itu tadi?"

"Tadi yang mana?" tanya Gerald.

"Yang tadi itu."

Rio malas melihat perdebatan anatara Nina dan Gerald,"udah woy! YANG TADI, TADI YANG MANA? Pusing gue anjir!" ucap Rio menirukan gaya bicara keduanya.

Nina dan Gerald terkekeh mendengar ucapan Rio yang menirukan mereka berbicara.

"ALAY!!" Ejek Nina dan Gerald bersamaan.

"Yakan, ngomong ALAY aja barengan."

Nina menatap sinis ke arah Gerald, "lo kenapa sih ngikutin gue?"

"Siapa juga yang ngikutin elu, orang gue aja dari tadi di sini nggak kemana mana. Lo kali yang ngikutin gue," jawab Gerald.

"Dihh, siapa juga yang ngikutin lo? Geer banget jadi orang. Mak lo dulu ngidam apa sih? Sampek anaknya geer an banget kayak gini," ucap Nina sambil menunjuk Gerald.

Senior Cold {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang