45.

261 34 11
                                    

Jangan lupa vote
.
.
.
.

Bell pulang sekolah berbunyi sangat nyaring membuat semua siswa-siswi SMA Pelita Bangsa bersorak gembira. Mereka sangat tidak sabar untuk segera pulang dan mengistirahatkan tubuhnya.

Drrt drrt

Nina meraih handphonenya yang ada di dalam loker lalu mengecek siapa yang mengirimi dia pesan.

Galang:)
Gue tunggu diparkiran.

Ninana|~
Tapi gue udah dijemput sama supir.

Galang:)
Bilang aja lo masih ada kerpok.

Ninana|~
Oke lah.
Penting banget ya?

Galang:)
Penting banget Na:(

Ninana|~
Oke, gue otw.

Nina segera mematikan handphonenya lalu memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Setelah semuanya rapi ia segera berdiri untuk merapikan roknya.

“Ca, gue cabut dulu ya? Udah ditungguin Kak Galang.” pamit Nina.

“Gue rasa, mending lo jauhin Kak Galang deh,” ucap Adhaza yang masih sibuk memasukkan barang-barangnya.

“Maksud lo?”

“Gue nggak mau lo sakit hati gara-gara cowok munafik kayak mereka. Kak Endra yang terkenal dingin aja bisa munafik, apalagi Kak Galang? Yang sifatnya friendly ke semua orang.”

“Maksud lo apa Ca?” tanya Nina masih tidak faham.

“Mereka berdua itu munafik!”

“Mereka berdua? Maksud lo Kak Endra sama Kak Galang munafik?” tanya Nina dengan tangan yang sudah terkepal.

“Iya, dan gue mau lo jauhin Kak Galang!”

“Kenapa gue harus jauhin Kak Galang? Kak Galang orangnya baik kok.”

“Luarnya baik dalamnya munafik!”

“Stop Ca! Stop! Kenapa lo ngatain Kak Galang munafik?” tanya Nina yang mulai emosi.

Semua anak yang masih berada di dalam kelas langsung melihat ke arah mereka berdua. Mereka terkejut ketika Nina membentak Adhaza.

“Karena dia sahabatnya Kak Endra. Kak Endra itu munafik, gue kira dia benar-benar baik eh ternyata hatinya nggak sebaik yang gue kira. Kalau Kak Endra munafik, berarti sahabatnya jauh lebih munafik dong?”

“Cukup Ca cukup! Gue nggak suka lo jelek-jelekin mereka kayak gini,” ucap Nina dengan nada tinggi.

“Kenapa lo nggak suka? Apa jangan-jangan lo juga munafik kayak mereka berdua?” tanya Adhaza melipat kedua tangannya di depan dada.

Mata Nina memanas, ia tidak menyangka jika Adhaza akan mengucapkan kata 'munafik' di depan nya. Jujur ia masih tidak faham dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu.

“Gue nggak nyangka Ca, kalau lo bakal kayak gini. Gue ini sahabat lo Ca, sahabat lo sejak kecil.”

“Apa? Sahabat? Gue nggak salah dengar? Kalau lo bener-bener sahabat gue lo pasti nggak bakal bentak gue Na! Dan satu lagi, gue bahkan jauh lebih kecewa daripada lo karena lo udah belain orang yang jelas-jelas salah.”

Senior Cold {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang