“Jika nyaman pertahankan, jika sayang perjuangkan, dan jika lelah beristirahatlah.”
~Galang Ardiansyah
Jangan lupa vote
.
.
.
.“Gue butuh bantuan seseorang,” ucap Endra.
“Siapa?”
Alih-alih menjawab, Endra malah memilih untuk diam dan mempertimbangkan jawabannya sebelum ia sampaikan kepada Galang dan Nina. Endra kalut dalam fikiran nya ketika ia mengingat pesan yang disampaikan oleh seseorang beberapa bulan lalu.
Galang dan Nina menatap Endra dengan penuh tanda tanya. Mereka sedari menanti jawaban yang akan dari mulut Endra.
Nina menghela nafas kasar. “Jadi, siapa?” tanya Nina tidak sabaran.
“Sabar Na sabar,” ujar Galang mencoba menangkan Nina.
“Sabar sabar, sabar aja sampai tua! Kurang sabar apa gue nungguin dia ngomong? Waktu gue udah kebuang lima menit demi nunggu jawaban dari dia,” ucap Nina emosi.
“Beneran lima menit Na?” tanya Galang.
“Malah lebih.”
“Wahh lama banget anjir. Lagi mikirin apa sih lo?” tanya Galang kepada Endra.
“Pesan.”
“Pesan dari siapa?”
“Manusia.”
Galang merubah posisi duduknya menghadap Endra. Ia menatap Endra dengan intens berharap ia dapat membaca apa yang sedang difikirkan oleh Endra. Namun nihil, Galang sama sekali tidak menemukan jawaban apa-apa. Galang bukanlah tipe orang seperti Endra yang hanya menatap bisa langsung merasakan, Galang hanya manusia biasa yang diselimuti oleh hal-hal sederhana.
“Udahh ahh, lama banget jawabnya. Mending gue pulang duluan aja,” ucap Nina meraih tasnya. “Gue tunggu jawaban dari lo besok. Dan lo, lo mau pulang apa enggak terserah!” ucap Nina galak seraya menunjuk Galang lalu segera melangkahkan kakinya keluar dari kamar Endra.
Endra dan Galang saling berpandangan. Detik berikutnya mereka sama-sama bergedik ngeri mengingat ucapan Nina tadi.
“Ganas banget Lang?” tanya Endra tanpa berekspresi.
“Ganas-ganas gitu masih keliatan cantik anjir,” jawab Galang yang masih diam tidak berkutik.
“Kenapa lo masih diam di sini?”
Plakk
Galang menepuk jidatnya keras.“Kenapa lo malah ngajak ngomong gue sih Ndra? YaAllah Nina tungguin gue,” ucap Galang sedikit berteriak.
Galang mengambil tasnya lalu segera berlari untuk mengejar Nina yang sudah keluar duluan. Galang berlari dengan berteriak-teriak kencang memanggil Nina yang sudah sampai di depan gerbang.
Endra geleng-geleng kepala melihat tingkah bucin sahabatnya itu. Ia berjalan menuju balkon dan melihat aksi duo bucin yang sedang berdebat di depan gerbang rumahnya.
Endra tertawa ketika melihat Galang berlari kencang lalu menarik tangan Nina. Sedangkan Nina, dia kehilangan dan alhasil mereka berdua tersungkur ke lantai paving dengan posisi Galang yang di bawah dengan lengan yang digunakan untuk menahan sedangkan Nina berada di atas Galang dengan tangan yang menempel pada dada Galang.
Endra masih mengamati keduanya yang sama sekali tidak berkutik. Detik kemudian Endra merasa jijik ketika mendengar Galang mengucapkan gombalan receh plus mautnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Cold {SUDAH TERBIT}
Teen FictionEND Revisi {SEGERA TERBIT} "Bagiku kau adalah penyemangatku, tanpamu aku beku seperti es batu yang selalu memberikan hawa dingin di setiap waktu." Endra Anggara Prasetya, salah satu laki-laki tampan dan sering dijuluki dengan sebutan es kutub utar...