20. Doyan Cewe✔

528 49 0
                                    

Jangan lupa vote
.
.
.
.

Dinginnya angin malam masuk melalui celah pori-pori Adhaza. Adhaza kini tengah berada di balkon kamarnya, entah kenapa ia ingin menikmati angin malam serta melihat kelap-kelip bintang di langit.

Adhaza mengingat kejadian beberapa hari yang lalu. Yang di mana, ia dan Endra tersesat dihutan. Saat Endra menolong nya, Endra menyebut nama 'Chilla'.  Adhaza merasa tidak asing dengan nama itu, dan nama panggilan itu seperti panggilan kesayangan untuk seseorang.

"Caca?" Panggil Vivi yang memasuki kamar Adhaza.

"Eh iya Ma?" Adhaza terbuyar dari lamunannya.

"Ca, ini udah malam sayang, kok kamu masih di luar?" ucap Vivi menghampiri Adhaza.

"Di dalam, gerah banget Ma,"jawab Adhaza menyengir.

"Cepet masuk, angin malam nggak baik buat kesehatan!" ujar Vivi.

"Iya, Ma."

~~~~~

"CACA!" Teriak Nina langsung memeluk Adhaza.

"Caca, gue kangen banget sama lo," ucap Nina mengeratkan pelukannya.

Adhaza hanya diam tidak membalas pelukan Nina. Ia menatap sekeliling, banyak siswa-siswi yang melihat aneh Nina dan Adhaza.

"Nin, udah ih lepas!" Pinta Adhaza melepas pelukannya namun ditahan oleh Nina yang semakin mengeratkan pelukannya.

"Apasih Ca? gue kangen banget sama lo."

"Lo nggak malu? Diliatin sama anak-anak?" tanya Adhaza.

"Kenapa harus malu? Gue kan kangen sahabat gue. Emang salah ya, kangen sahabat sendiri?" jawab Nina panjang lebar.

"Tapi—" ucapan Adhaza terpotong oleh suara cempreng milih Fahry.

"Hallo, good morning Dedek emesh," Sapa Fahry sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Pagi, Kak," jawab Adhaza dan Nina kompak.

"Kalian lagi ngapain?" tanya Galang yang sudah ada di samping Fahry dan di sampingnya juga ada Endra.

"Ini lagi pelukan," jawab Nina santai.

Mata Adhaza melebar, dengan santainya Nina mengatakan bahwa mereka sedang 'pelukan'. Adhaza menyenggol lengan Nina, tapi cewek itu malah mengangkat suara.

"Ih, apasih Ca? senggol-senggol gue," ucap Nina.

Galang terkekeh begitupun dengan Fahry.

"Lo berdua kenapa sih?" tanya Galang.

"Lo berdua suka sesama jenis ya?" tanya Fahry ngaco.

Mata Adhaza melebar memberi tatapan tajam ke Fahry. Bisa-bisanya ia dibilang suka sesama jenis, padahal pelukan sesama perempuan itu sangat sering dilakukan.

"Astaghfirullah. Ya nggak mungkin lah Kak, masak kita suka sama sesama jenis? Amit-amit," ujar Nina dengan menepuk jidatnya.

"Kirain kalian lesbie," ucap Fahry sambil menyengir.

"Enggak, Kak!" Teriak Adhaza dan Nina kompak.

Senior Cold {SUDAH TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang