"Gw suka sama dia, berarti gue harus perjuangin dia, karena sekali gue genggam ngga bakal gue lepas. "Adhaza Alya Pricilla
Jangan lupa vote
.
.
.
.Hari ini jadwal kelas Adhaza pelajaran Olahraga. Terik matahari yang sangat panas mampu menguras keringat anak 11 IPS 2.
Bel istirahat berbunyi membuat mereka tersenyum sumringah. Sebagian langsung pergi ke kantin untuk memberi makan cacing yang sudah meronta ronta, dan yang lainnya memilih ke kelas untuk merebahkan tubuhnya.
"Anjir, panas banget," ucap Nina ngos-ngosan.
"Huhh, huhhh iya bener panas bhanghetthhh," ucap Adhaza berusaha mengatur nafasnya.
"Ke kantin yuk," ajak Nina.
"Oke, ayok."
Mereka berdua berjalan ke kantin beriringan dengan senyum yang mengembang sempurna, membuat siapa saja yang melihatnya seketika terkesima.
Sesampainya di kantin mereka berdua mencari tempat duduk yang masih kosong. Namun mereka tidak menemukannya. Lambaian tangan seseorang membuat Adhaza memicingkan matanya dan menghampirinya.
"Haii Ca, Na" sapa Nala.
"Haii juga."
"Kalian lagi cari tempat duduk kan? Di sini aja, bareng kita," ucap Putri.
"Sip, makasih ya."
"Nin, lo pesen apa?" tanya Adhaza.
"Batagor sama Es teh manis aja," ucap Nina.
"Oke, kalian mau nambah apa nggak?" tanya Adhaza kepada Nala dan Putri.
"Gue sih mau kalau gratis," ucap Putri sambil melahap siomay nya.
"Putrii, di dunia ini nggak ada yang gratis. Bener nggak Ca, Na?" tanya Nala dibalas acungan jempol oleh Adhaza dan Nina.
"Gue pesen makanan dulu." Pamit Adhaza.
Adhaza berjalan menunjukkan penjual batagor lalu memesannya. Kebetulan sekali di stan batagor lumayan sepi, jadi dia tidak akan capek kedua kalinya menunggu pesanan.
"ini Neng," ucap Bu Minah penjual kantin menyodorkan dia mangkuk batagor dan Es teh.
"Berapa Bu?" tanya Adhaza sopan.
"15 ribu aja Nng," ucap Bu Minah.
Adhaza menyodorkan uang 20 ribuan. "Sisanya ambil aja bu," ucap Adhaza.
"Ohh, iya Neng. Terima kasih."
"Sama-sama Bu."
Adhaza kembali menghampiri Nala, Putri dan Nina.
"Nin, ini pesenan lo," ucap Adhaza meletakkan dia piring batagor dan es teh di meja.
"Makasih, Ca," ucap Nina bersemangat dan langsung melahap batagor nya.
Mereka diam dan menyantap makanannya masing-masing. Hingga pada akhirnya Putri selesai makan dan angkat bicara.
"Gimana keadaan lo sekarang Ca?" tanya Putri.
"Emang Caca kenapa Put?" tanya Nina yang masih fokus dengan batagornya.
"Caca kakinya luka gara-gara waktu kemah kemarin dia tersesat di hutan," ucap Nala santai.
"APA?" Nina langsung menghentikan makannya dan menatap Adhaza.
"Bener Ca?" tanya Nina dan dibalas anggukan oleh Adhaza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Cold {SUDAH TERBIT}
Teen FictionEND Revisi {SEGERA TERBIT} "Bagiku kau adalah penyemangatku, tanpamu aku beku seperti es batu yang selalu memberikan hawa dingin di setiap waktu." Endra Anggara Prasetya, salah satu laki-laki tampan dan sering dijuluki dengan sebutan es kutub utar...