Jangan lupa vote
.
.
.
.“Gerald? Siapa Gerald?” tanya Vivi.
“Gerald sahabat Caca waktu kecil dulu Bun. Bunda nggak inget?” tanya Adhaza.
“Perasaan Bunda, namanya bukan Gerald deh,” ucap Vivi.
“Terus, kalau bukan Gerald siapa Bun?” tanya Adhaza.
“Namanya,En—,” belum sempat Vivi mengatakan nya, Surya memanggil Adhaza.
“Caca, kapan pulang? Ayah baru aja mau jemput kamu. Eh kamunya udah pulang,” ucap Surya.
Adhaza menoleh menatap Surya yang sedang berjalan mendekat ke arahnya.
“Udah yah,” ucap Adhaza mencium tangan sang ayah.
“Gimana tadi sekolahnya?”
“Alhamdulillah lancar. Tadi pagi kan, pas Caca datang, itu anak kelas pada heboh. Masak Caca dikatain Ibu Rentenir, sih. padahal kan Caca nggak pernah malak mereka,” ujar Adhaza polos.
Vivi dan Surya tertawa mendengarkan cerita Adhaza. Anaknya ini memang selalu membuat mereka tertawa. Mereka beruntung dikaruniai anak seperti Adhaza. Adhaza penurut, sopan, lucu dan selalu membanggakan mereka.
“Hahahaa, masak anak ayah di katatain Ibu rentenir sih?” tanya Surya seraya tertawa.
“Mungkin kamu suka malak uang jajan mereka ya Ca? Jangan malak Ca! Kasian temen kamu, nanti kalau uangnya habis gimana?” tanya Vivi sambil memindah channel TV.
“Ih, Caca nggak malak bunda. Caca cuma mintain uang, buat bayar kas kelas. Itu aja!” ucap Adhaza tegas dengan bibir sedikit manyun.
“Sama aja Ca. Bagi mereka, kamu mintain uang kas, sama aja kamu kayak narik uang buat bayar mereka.”
“Tapi kan, Caca mintanya nggak banyak Bun. Caca cuma minta lima ribu, itupun cuma satu minggu sekali,” ucap Adhaza.
“Hahaha, yaudah lah nggak usah diperpanjang. Sekarang, Ibu rentenir silahkan ke atas dan segera mandi. Soalnya Bu rentenir bau badannya kecut banget,” ucap Surya meledek Adhaza.
“AYAH!” teriak Adhaza tidak terima, ia langsung berjalan menuju kamarnya dengan tas yang berada di lengan kanannya.
Vivi memastikan putrinya sudah masuk ke dalam kamarnya. Ia pun mendekati Surya yang sedang fokus dengan televisi di depannya.
“Mas, tadi katanya Caca pulang diantar sahabat waktu dia kecil dulu,” ucap Vivi duduk di samping Surya.
“Endra?” tanya Surya dengan pandangan yang masih fokus ke depan televisi.
“Bukan, tapi Gerald. Katanya tadi Caca diantar sama Gerald,” ujar Vivi.
“Siapa Gerald?” tanya Surya kini menoleh ke Vivi.
“Aku juga nggak tau Mas. Tadi waktu aku mau nyebutin nama Endra, Mas motong omongan aku. Jadi ya nggak jadi ngomong,” ucap Nina.
“Ohh maaf ya, aku nggak tau kalau kamu lagi ngomongin itu.”
Vivi mengangguk. “Coba Mas tanyain Caca! Siapa tau kamu tau tentang Gerald,” ujar Vivi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Cold {SUDAH TERBIT}
Teen FictionEND Revisi {SEGERA TERBIT} "Bagiku kau adalah penyemangatku, tanpamu aku beku seperti es batu yang selalu memberikan hawa dingin di setiap waktu." Endra Anggara Prasetya, salah satu laki-laki tampan dan sering dijuluki dengan sebutan es kutub utar...