5 : Dingin Serasa di Kutub Utara

479 74 67
                                    

Revisi
[23 Mei 2020]

Pertemuanku dengannya membuatku mengerti bahwa rasa dingin saat dekat dengannya itu memang ada
~Batasan Agamaku~
...

Aku sedang menikmati jalanku sambil melihat-lihat pemandangan yang mengitariku. Bibirku selalu mengucap syukur atas nikmat yang diberikan Allah kepada semua mahkluknya yang ada di bumi ini. Aktivitasku terhenti karena ada seseorrang yang memanggilku dari belakang.

"Loh Aisha, mau kemana?" Ucap seseorang naik motor.

Aku menengok ke sumber suara "mau ke pesantren Frans." Kataku dan aku terus melanjutkan jalanku. Aku memang sengaja tidak berhenti karena aku takut ada orang yang melihat kami lalu mengadukannya ke abi, pasti aku akan kena marah.

"Emm Sha. Kemarin udah kamu minum es buahnya?" Tanyanya tiba-tiba. Bikin malu saja pertanyaan Frans.

Tapi kan kemarin es buahnya di minum sama bang Ilham. Aku harus ngomong apa nih sama Frans. Nggak mungkin juga kan aku berbohong.

"Frans."

"Iya neng. Nggak berhenti dulu neng. Biar enak ngobrolnya."

Aku menggeleng sambil tersenyum "Frans, jangan kirim surat lagi ya padaku." Ucapku lembut tapi penuh dengan peringatan.

"Syipp." Frans mengacungkan jempolnya.

Fuihh alhamdulilah kalau Frans mau mengerti dan tidak marah. Lega rasanya.

"Ehiya, lupa tanya. Jauh nggak? mau abang antar?" Tawar Frans , aku sedikit merinding, dia meyebut dirinya sendiri dengan kata abang.

Sebenarnya pondoknya sih jauh tapi aku tidak ingin merepotkan Frans dan sedikit menjaga jarak dengannya, bukan hanya Frans laki-laki tapi karena agama Frans berbeda dengan agama yang selama ini aku anut. Toh tidak ada orang lain selain kita. Ini yang harus aku batasi berteman dengan laki-laki.

"Makasih, deket kok tempatnya." Dustaku. 

Maafkan aku ya Allah aku melakukan ini hanya untuk melindungi diriku dari godaan syaitan. Aku akan sholat tobat setelah ini, aku takut jika malaikat Atid mencatat kebohonganku hari ini. Dan semoga para Malaikat ikut mendoakan aku agar aku diampuni oleh Allah atas kebohonganku.

Frans membuang napasnya kasar, "yaudah, aku duluan ya." Pamit Frans, ku lihat ada eksprsi kecewa di wajahnya. Maafkan aku Frans karena aku telah membohongimu, hanya itu kata-kata yang terucap dibatinku.

"Iya,"

Ku lihat Frans mulai menjauh dari pandanganku. Lalu aku mengucap syukur. Dan semoga dosaku yang tadi diampuni oleh Allah aminn. 

...

Pesantren Al-Ikhlas

"Asalamu'alaikum, Ustadz Jeffri." Salamku menyapa Ustadz Jeffri yang sedang mengobrol bersama anaknya, Farhan. 

Kenapa juga baru nyampe kesini harus bertemu dengannya. Pagi-pagi udah di suguhi pria dingin macam dia. Bikin badmood.

Aisha! apa yang kamu lakukan? Masa' gara-garasatu cowok ini bikin kamu tidak semangat sih. Batinku menyemangatiku.

"Wa'alaikumsalam, Aisha ya??"

"Iya ustadz, apa yang bisa Aisha bantu ustadz?" Tanyaku kepada beliau.

"Alhamdulilah kalau Aisha mau bantu-bantu disini, nanti Aisha ngajar santriwati kelas 7, sama Farhan." Jelas beliau dengan menyebut nama Farhan.

What!! Mau jadi apa aku di sana bersama es segede ini? Batinku meringis

"Kenapa Sha?" Tanya ustadz Jeffri.

Aku tersenyum, "tidak papa ustadz. Baiklah, Aisha mengajar santriwati kelas 7." Aku harus semangat. Aku tidak boleh terpengaruh sama es itu.

"Kalian udah saling kenal belum?" Tanya ustadz Jeffri tiba-tiba.

Aku melihat ke arah Farhan dia juga menatapku. Aku langsung mengalihkan pandanganku.

"Sudah ustadz." Jawabku.

"Kita satu sekolah bi." Sahut Farhan. Akhirnya ngomong juga dia.

"Oo, iya abi lupa. Tadinya abi mau ngenalin kalian. Ternyata kalian udah saling kenal toh." Ucap ustadz Jeffri.

Beda. Beda sekali sifat ustadz Jeffri sama ankanya. Kira-kira perbedaan mereka bisa mencapai 180 derajat. Atau mungkin lebih. Eh, tapi kan Farhan bukan anak abinya aja. Pasti dia mirip sama ibunya. Mungkin.

"Mari!" Ajak Farhan, aku pun mengikutinya kek ekor di belakang.

"Eh tunggu." Ucap ustadz Jeffri tiba-tiba menghentikan langkah kami.

"Abi kelupaan mau bilang, Farhan nanti ajarin Aisha ya, bagaimana mengajar santriwati kelas 7C!" Perintah Ustadz Jeffri kepada laki-laki yang disebut sebagai putranya itu. 

Aku kira kelupaa apaan. Ustadz Jeffri terkadang melucu sendiri. Aku melihat sekilas wajah Farhan, seperti biasa laki-laki itu tadi hanya datar mulu tidak ada senyum-senyumnya.

"Farhan ngerti bi." Ucapnya dengan nada dingin. Dingin banget loh, aku aja yang mendengar sampai meriang saking dinginnya.

Aku bertanya-tanya didalam hatiku apakah siswa siswi yang ada di pesantren ini tidak takut dengan wajah dinginnya Farhan.

Tapi aku langsung hempaskan pikiranku karena ustadz Jeffri menyuruhku mengikuti Farhan.

Setelah kami berjalan cukup lama akhirnya kami sampai di Kelas Santriwati 7C yang letaknya di Lantai 2. Farhan langsung masuk kedalam kelas itu dan aku hanya mengekorinya.

"Asalamu'alaikum." Salam Farhan kepada para santriwati.

"Wa'alaikumsalam kakak." Jawab santriwati kompak yang berhasil membuatku tercengang karena mereka menjawab salam Farhan dengan rasa semangat tidak terlihat rasa takut sedikitpun di wajah mereka.

Kekagumanku berhenti karena Farhan menatapku seperti mengisyaratkan sesuatu kepadaku, untung saja aku langsung mengerti.

_______B_E_R_S_A_M_B_U_N_G_______

Maaf ya teman-teman kalau ceritaku Gaje,, Semoga ada manfaatnya ya ceritaku... Aminn

Jangan lupa Vote dan Komennya ya semua....

📝📝📝

Author : Viki Mustika

Hari : Sabtu

Klaten, 2 November 2019

BATASAN AGAMAKU [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang