8 : Cinta Beda Agama

672 106 38
                                    

Revisi
[23 Mei 2020]


Cinta itu wajar, tapi jangan sampai cinta itu membutakan hati dan mata
~Batasan Agamaku~

...

Hari senin telah tiba. Hari dimana akan ada try out terakhir. Berarti bentar lagi ujian akan berlangsung. Aku harus giat-giatnya belajar untuk ini.

"Abi mana mi?" Tanyaku kepada umi, karena aku tidak melihat abi di manapun. Padahal biasanya abi yang mendesakku untuk berangkat pagi. Ini malah abi yang nggak on time.

"Abi? Oo, tadi abi ada urusan di masjid. Abimu kan libur Sha." Jelas umi.

"Yahh, Aisha siapa dong yang ngantar." Ucapku sambil cemberut.

"Nggak inget ada abangnya nih." Kata bang Ilham berdiri di depan pintu sambil menganyun-ayunkan kunci motor milik abi.

Kenapa aku sampai lupa kalau ada bang Ilham. Aku tersenyum nggak jelas. Lalu berpamitan kepada umi.

"Bang, emang abang tau jalan ke sekolah Aisha?" Tanyaku kepada bang Ilham di atas motor.

"Tau lah." Kata bang Ilham dengan percaya diri.

Aku tidak melihat ke arah jalan. Aku hanya merem menghafal kalimat-kalimat yang aku pelajari semalam. Agar tidak lupa saat mengerjakan nanti.

"Sha ko jalan buntu?" Tanya bang Ilham. Aku langsung membuka mata.

"Ko lewat sini bang? bukan ini jalannya. Ini dimana lagi." Aku khawatir karena jamnya mulai mepet. Aku nggak mau telat berangkat ke sekolah.

"La terus gimana ya ini?"

"Ko gimana. Tadi katanya tau. Kenapa malah nyasar?" Kesalku.

"Abang kira ini jalannya."

Aku menghela napas lelah. Tidak lama kemudian aku melihat seseorang yang aku kenal berjalan di belakangku.

"Akbar!!" Panggilku. Akbar melihatku langsung berjalan mendekatiku.

"Aisha, ngapain ke sini?" Tanya Akbar.

"Nyasar." Ucapku cuek sambil memicingkan mata ke arah bang Ilham.

"Maaf dek." Kalu bang Ilham memanggilku adek, tandanya ia menyesali perbuatannya.

"Bang Ilham. Kapan sampai bang?" Sahut Akbar tiba-tiba sambil memeluk bang Ilham.

"Lupa Bar. Udah besar ya kamu sekarang." Tingkah konyol bang Ilham keluar lagi.

"La masa' kecil terus sih bang." Kata Akbar, lalu mereka tertawa tanpa memperdulikan aku yang lagi kesal.

"Ehemm." Dehemku lumayan keras.

"Eh iya, gimana kalau bareng aku dan Farhan aja Sha." Tawar Akbar. Bareng Farhan? Masa' harus sama dia lagi.

"Nah betul tu." Sahut bang Ilham.

Yaudah sih ya, daripada telat "boleh." Setelah itu Akbar menunjukan jalan pulang bang Ilham. Lalu kami berjalan sampai gang depan, disana Farhan dan mobilnya sudah menunggu.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

"Han Aisha ikut kita. Tadi dia nyasar sama abangnya." Farhan mengangguk kemudian kita berangkat ke sekolah.

...

"Sha tumben tadi bareng sama Farhan dan Akbar." Ucap Faida. Pasti dia melihatku turun dari mobil Farhan.

BATASAN AGAMAKU [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang