41 : Cita - cita dan Cinta

231 30 8
                                    

Revisi
[10 Juni 2020]

Allahhlu Akbar Allahu Akbar , ku agungkan asma-Mu di setiap lisanku. Engkau Tuhan semesta alam, Ya Allah ya Rabbku

~Batasan Agamaku~
...

Kejadian Lee Seok Hyun masuk dalam Islam membuat Arin terkejut waktu itu. Karena menurut pandangan Arin selama ia mengenal Lee Seok Hyun, ia type orang yang rajin ke gereja.

"Cantik banget." Kata Arin di depan pintu melihatku berdandan hari ini, tapi tidak terlalu tebal.

"Terimakasih nona Arin."

"Beneran tidak mau aku antar?" Tanya Arin sekali lagi kepadaku.

Hari ini aku ada pengangkatan resmi untuk menjadi seorang pewawancara. Alhamdulilah, aku sangat bersyukur. Cita-cita yang aku perjuangkan selama ini akhirnya membuahkan hasil.

Aku tersenyum lalu berjalan menghampiri Arin. "Tidak usah. Aku bisa kok." Kataku.

Tapi sepertinya Arin sangat mengkhawatirkan aku. Dia seperti tidak tega melihatku berangkat sendiri ke gedung yang harus aku datangi.

"Eem Sha. Jam 3 nanti kamu ke taman tempat kita biasa bersepeda ya. Aku mau bersepeda disana." Kata Arin. Mungkin Arin rindu bersepeda karena terakhir kami bersepeda 1 bulan yang lalu.

Aku menganggukan kepala sambil tersenyum "Aku berangkat dulu ya." Pamitku kepada Arin.

Arin tersenyum "hati-hati." Kata Arin.

Aku langsung melangkah keluar dan mencari taksi. Tidak lama kemudian taksi datang. Memang benar naik bis lebih murah daripada taksi. Tapi kalau naik bis, bakal lama karena pasti akan berhenti di setiap halte.

Butuh waktu 43 menit untuk sampai di gedungnya. Alhamdulilah aku tepat waktu.

Masih ada sisa waktu untuk membeli minum. Agar tidak grogi saat aku melakukan latihan wawancara nanti. Aku sejenak berpikir kira-kira posisiku nanti menjadi apa ya? apakah repoter? Presenter? Atau MC/host? Aku sangat gugup.

Sudah waktunya aku masuk kedalam. Diawali dengan bismillah, Insya Allah semua berjalan lancar. Amiinn.

Sebenarnya aku benar-benar gugup saat berjalan apalagi dilihatin orang – orang seperti ini. Kenapa mereka memperhatikanku sambil berbisik-bisik. Aku tidak boleh negatif thinking.

"Aisha?"

"Ne [Ya, saya]."

Laki-laki paruh baya itu tersenyum ramah "nawa hamkke [Mari ikut saya]!" Kata beliau.

Aku membaca nama yang ada di kartu, Seo Jo Dan. Aku memanggilnya apa.

Aku ingat Arin pernah mengajariku untuk memanggil nama magar kepada orang yang baru dikenal, lebih tua atau atasan kita.

"Ne Seo sangsaim [Baik pak Seo]."

Aku mengikuti langkah kakinya ke suatu ruangan yang bertuliskan 테스트 artinya pengujian. Disinalah ruangan untuk aku dan teman-teman latihan.

Saat aku sudah di dalam aku terkagum. Ruangannya di design sangat rapi dan bagus. Semua barang-barang ditata berdasarkan kegunanannya. Dan banyak orang yang berada disini. Tapi mereka memakai kartu yang warnanya sama denganku.

Apa mereka juga baru sepertiku?

Saat aku memikirkan semua itu ada laki-laki muda yang berpakaian sangat rapi memasuki ruangan ini. Tak lupa dengan para pengawal atau asisten yang menemaninya. Aku sempat terkagum dengan penampilan laki-laki tersebut. Tapi itu tidak berlangsung lama.

BATASAN AGAMAKU [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang