12 : Kamu Sahabatku

340 62 63
                                    

Revisi
[28 Mei 2020]

Aku menjadikanmu sahabatku bukan dari fisikmu yang menawan dan bukan karena kepintaran yang kamu miliki. Tapi karena kamu menarik perhatianku dengan perhatian dan kasih sayangmu.

~Batasan Agamaku~

...

Adzan subuh terdengar di telingaku, aku langsung mengambil mukena dan beranjak pergi ke masjid bersama keluargaku.

Setelah selesai sholat aku mandi dan berpakaian rapi. Tapi aku tidak memakai seragam sekolah, aku mengenakan pakaian bebas, tapi tidak sesyar'i pakaian-pakaian muslimah selayaknya anak seorang ustadz. Aku memang tipe perempuan yang kurang suka dengan pakaian yang sangat menutup aurat.

Aku tau bahwa aku harus mengenakan pakaian itu bahkan abi selalu memperingatkanku agar memakai pakaian yang sama seperti umi. Tapi aku tetap aku, gadis yang keras kepala berkomitmen untuk memakai pakaian yang ku kenakan sehari-hari, walaupun tidak sesyar'i milik umi yang penting menutup auratku.

 Tapi aku tetap aku, gadis yang keras kepala berkomitmen untuk memakai pakaian yang ku kenakan sehari-hari, walaupun tidak sesyar'i milik umi yang penting menutup auratku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini aku ada kunjungan ke perpustakaan di Kota Bogor, untuk merifreshkan pikiran bersama teman seangkatan. Kemaren malam aku sudah berpamitan kepada abi dan umi.

Aku bersama anak kelas 3 lainnya berangkat dari sekolah naik bis. Itu sudah menjadi peraturan dari pihak sekolah, 5 atau 4 hari menjelang UN anak-anak kelas 3 diajak ke perpustakaan Kota Bogor agar mereka pendapat ilmu tambahan setelah pelajaran setiap harinya dari guru.

"Bang Ilham, abang!!" Teriakku memanggil nama bang Ilham sambil mengenakan sepatu.

Aku memang suka memanggil abangku dari kejauhan bukan karena akau nggak punya sopan santun tapi aku hanya ingin sekali-kali abang ilham yang menemuiku dan bertanya kenapa aku memanggilnya. Tapi ternyata aku salah, justru aku yang dimarahi umi.

"Aisha, perempuan kok teriak-teriak." Kritik umi Sadiyah, yang aku lihat ada sedikit rasa kecewa kepadaku.

Aku merasa sangat bersalah karena telah teriak-teriak memanggil nama abangku. Padahal kita didalam rumah, coba saja kalau diluar pasti aku lebih dimarahin umi lagi.

"Maaf umi, abang mana umi?" Tanyaku dengan sedikit rasa bersalah pada umiku. Untung saja umiku penyayang jadi nggak bisa lama-lama deh marah sama aku.

Tapi bener, sekali umiku marah sangat menyeramkan, seolah-olah kata-kata yang keluar dari mulut umiku di aminin oleh ribuan malaikat yang sedang ada dibumi ini untuk menjalankan perintah dari Allah.

"Diteras dengan abimu." Jawab umiku singkat. Aku pun langsung berjalan ke arah teras dan melihat abi dan abangku sedang mengobrol sambil minum teh buatan umiku.

"Abang minjem handphonenya sebentar!" Pintaku kepada abang. Aku tidak punya handphone karena abi melarangku menggunakan handphone, kecuali kalau aku sudah bisa memanfaatkan keguanaan handphone itu dengan benar.

"Buat apa?" Tanya bang Ilham penasaran karena tidak biasanya aku meminjam HP miiknya. Bang Ilham tau kalau aku tidak diijinkan oleh abi untuk mempunyai HP.

"Buat nelfon Arin, Aisha mau bareng berangkat kesekolahnya." Jawabku, dan bang Ilham memberikan handphonenya kepadaku.

15 menit kemudian Arin datang dengan membawa mobil miliknya. Ia segera turun dari mobilnya dan menemuiku.

Saat Arin turun, Arin mendapat tatapan tajam dari abiku, aku tau pasti karena pakaian yang ia kenakan memperlihatkan auratnya. Sebenarnya dulu abiku tidak menyukai Arin, karena agamanya, dan juga pakaiannya yang selalu memperlihatkan auratnya.

Seperti ini penampilan Arin

Tapi Aku sudah menjelaskan kepada abi, bahwa kita tidak boleh membenci orang yang beda agama dengan kita, ini yang kukatakan kepada abi :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapi Aku sudah menjelaskan kepada abi, bahwa kita tidak boleh membenci orang yang beda agama dengan kita, ini yang kukatakan kepada abi :

*mengapa harus memaki perbedaan agama, sedangkan perbedaan itu jauh lebih tua dari pada kita atau sudah ada lebih dahulu dari kita. Rosulullah saja mengajarkan kepada kita agar kita saling menyayangi dan saling tolong menolong, dan tidak boleh ada rasa benci dihati kita kepada seseorang.*

Dan di negara ini ada Pancasila yang kakinya mencengkram pita bertuliskan Bhinekka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu juga.

Walaupu ada perbedaan baik itu ras, suku, agama, warna Kulit dan bahasa daerah tidak menjadikan kita untuk saling memusuhi, karena kita Indonesia. Indonesia yang menyatukan perbedaan diantara kita semua.

"Asalam om, abang." Ucap Arin saat bertatap muka dengan Abi dan bang Ilham. Ku lihat badan Arin agak bergetar karena mendapat tatapan tajam dari abi Ali. Seolah-olah dia akan diterkam oleh abi.

"Wasalam."

"Eh Arin,, udah nyampe aja, bentar aku ngambil tas dulu." Ucapku agar menghilangkan kecanggunan diantara mereka. Lalu ku langkahkan kakiku untuk mengambil tas yang sudah aku siapkan di kursi ruang tamu. Lalu aku berpamitan dengan umi dan langsung menuju keteras untuk berpamitan kepada abi dan abangku.

"Abi,abang Aisha berangkat dulu. Tadi Aisha sudah berpamitan sama umi. Assalamu'alaikum." Pamitku sambil mencium punggung tangan abang dan abiku secara bergantian.

"Wa'alaikumusalam, hati hati Aisha." Ucap abi dan diikuti sama bang Ilham.

Kamulah Sahabatku, walaupun kita berbeda tidak menjadikanku untuk menjauhimu karena kamu ada untukku dan maaf, belum tentu aku ada untukmu.

_______B_E_R_S_A_M_B_U_N_G_______

Apa kalian punya temen NonIs? Kalau ada apa kalian menjahuinya? atau berteman baik dengannya?

Komen ya...

Jangan lupa Vote dan komen,,

Jangan lupa Sholat ya temen-teman :)

📝📝📝

Author : Viki Mustika

Hari : Jum'at

Klaten, 13 Desember 2019

BATASAN AGAMAKU [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang