9 : La Tahzan

482 96 53
                                    

Revisi
[23 Mei 2020]

Sedihku milikku. Sedihmu milikmu. Kamu menangis untukku. Tapi aku menangis bukan untukmu.

...

"Janganlah kamu lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, karena kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman" (QS. Ali Imran : 139)

~Batasan Agamaku~

...

Aku, Faida dan Arin sedang berada di taman sekolah. Kami menikmati hari-hari sebelum ujian Nasional itu tiba. Kami mempunyai banyak plan untuk kedepannya nanti.

"Hem, nggak kerasa ya kita udah 3 tahun bersama." Ucap Faida tersenyum lalu memandang kami.

Aku tersenyum sambil memandang langit "iya, alhamdulilah kita masih diberi kesempatan bernapas sampai sekarang ini." Ucapku, tak terasa bulir-bulir air mengembang di mataku. Aku menumpahkannya.

Mengingat perjuanganku selama tiga tahun terakhir ini. Berat rasanya bila harus selesai secepat ini. Bersama sahabat-sahabatku yang selalu setia menemaniku sampai akhir.

Sedih bila meninggalkan sekolah tercinta ini, yang berulang kali membesarkan namaku dengan mendaftarkanku di perlombaan-perlombaan sampai tingkat provinsi. Walaupun keberuntungan belum menyertaiku.

Sedih bila harus berpisah dari bapak, ibu guru yang dengan ihklas membagi ilmunya untuk kami. Perjuangan yang telah mereka lakukan untuk membuat kami menjadi masa depan bangsa.

"Aisha, why? Emm don't cry." Kata Arin sambil memelukku. Arin juga ikut-ikutan menetskan air mata bersamaku.

Faida mengelus punggungku "La Tahzan." Ucapnya. 

Aku memeluk kedua sahabatku ini. Mereka telah menemaniku hingga saat ini. Sungguh tiada sahabat yang akan meninggalkan sahabatnya yang lain di tengah perjuangan.

Aku melepaskan pelukanku "aku sedih aja, secepat inikah perjuangan kita. Secepat inikah waktu kita untuk masa SMA. Dan secepat inikah kita melewatinya." Air mata terus menetes dari pelupuk mataku. Arin menghapus air mataku.

"We have fought." Kata Arin, aku tersenyum.

Benar kata Arin. Kami telah berjuang untuk sampai pada titik ini. Titik dimana perjuangan telah dilakukan. Hanya selangkah lagi kita menuju akhir dari perjuangan ini.

"Guys, kapan-kapan kalian bikin konten yuk sama aku!" Ajak Faida. Dia selalu memaksa kami untuk bikin konten dengannya. Katanya untuk mengenang masa-masa terindah yang kami miliki.

"Boleh Da." Kata Arin dengan semangatnya.

Lah, biasanya dia yang paling malas kalau di suruh akting di depan kamera. Kerasukan apa tiba-tiba jadi semangat gini.

"Okay."

"Sha, bikin puisi untuk kita dong! Aku catat nih." Pinta Faida, aku mengangguk menyetujuiya.

"Judulnya, Waktuku bersamamu." Mereka merapat ingin mendengarkan puisiku.

----------------------------------------------------

Waktuku Bersamamu
by Aisha Bhalwes

Kamu yang aku lihat
Kamu yang aku nantikan
Kamu yang selalu bersamaku
Kamu, kamu dan kamu

Tapi ini bukan hanya tentangmu
Ini tentang waktu bersamamu
Waktu yang kita lewati bersama
Setiap detik, setiap menit bahkan setiap hari

Nafasku dan nafasmu saling terhubung oleh waktu
Waktu kita,
Ini waktu kita bersama
Kita telah melakukannya

BATASAN AGAMAKU [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang