-
Sabar, Bu, Tuhan pasti kabulkan doaku. Atau mungkin doa kita.
Lecutan ikat pinggang itu bersemayam di kulitku lagi. Perih.
Berhitung. Teriaknya.
Satu. Sahutku.
Sebelas kali lagi. Teriaknya lagi sambil melecut punggungku berulang kali sampai aku selesai berhitung. Sampai pria itu menyeringai puas.
Pria itu meludah ke arah ibuku yang hanya bisa memandang perbuatan pria itu padaku. Aku menatapnya. Tak apa, Bu, ini sudah biasa. Janganlah merasa bersalah karena kau tak bisa membela.
Anak sampah. Makinya sebelum pergi.
Ah ya, aku memang anak sampah. Anak seorang sampah masyarakat yang kerjanya hanya mabuk, berjudi, mencambuk anaknya sendiri, lalu membuat istrinya duduk di atas kursi tanpa bisa berdiri lagi. Seorang ayah sampah dan bedebah yang tak bisa memberi proteksi untuk keluarganya sendiri.
Tuhan, aku mohon sekali ini saja tolong kabulkan doaku atau mungkin juga doa ibuku. Kumohon hentikan detak jantungnya. Hilangkan nyawanya. Entah bagaimanapun caranya. Aku rela. Karena aku tak bisa melakukannya. Nanti aku tak ubahnya jadi sampah sepertinya.
Kata ibu, Kau bisa lakukan apa saja. Kau berkuasa atas segalanya. Maka satu saja yang kuminta. Hilangkan nyawanya saat ini juga agar lepas semua derita.
Amin.
-
Entah apa yang merasukimuuuu~
Kenapa saya publish cerita baru padahal masih banyak yang on going? /dikeplak readers/
KAMU SEDANG MEMBACA
Mini Stories: Part Two [COMPLETED]
RandomMari ngopi Akan kuceritakan cerita-cerita yang kudengar dari mereka sekali lagi Sekuel Mini Stories