-
"Kenapa lo bengong?" tepukan di pundak itu membuyarkan lamunanku.
"Ah, anu, ini, kayaknya abang yang tadi jualan bakso salah ngasih duit kembalian deh. Mungkin duit dua puluh ribu ini dikira seribuan karena warnanya mirip. Kembaliannya jadi kelebihan," aku menimang-nimang selembar dua puluh ribuan di tanganku.
"Yaudah rejeki lo itu sih," temanku menjawab santai.
"Tapi--" aku merasa tak nyaman.
"Udaaaahh. Palingan juga abang-abangnya ga tau. Anggep aja itu emang rejeki lo." temanku meyakinkanku.
Tapi aku merasa tak nyaman dengan perasaan aneh yang mengganjal hatiku. Aku merasa ada yang salah dengan ini.
Apa seharusnya kukembalikan saja uangnya?
Tapi benar juga kata temanku. Ini kan bukan salahku.
Ah, harusnya ini salahku juga. Kenapa aku tidak menghitung uang kembaliannya saat itu juga? Kalau uang kembaliannya kurang pasti aku protes kan? Berarti kalau uang kembaliannya lebih harusnya aku juga mengembalikannya karena si penjual tak mungkin protes padaku. Boro-boro protes, mungkin dia bahkan tak menyadari uangnya terikut. Tapi aku kan menyadarinya. Jadi aku seharusnya mengembalikannya.
Pikiranku berkecamuk. Baik. Buruk. Aku menimang-nimang lagi lembaran berwarna hijau itu. Cuma 20 ribu sih tapi... Ah, sudahlah.
"Aduh, makasih, Neng, udah balikin 20 ribu-nya. Saya kira ilang kemana. Soalnya kemarin uang buat ngasih upah yang bantu-bantu saya itu kurang. Makanya akhirnya saya pake uang saya dulu. Tadinya mah udah pasrah pasti ilang kebawa pembeli."
"Sama-sama, Bang. Maaf saya kemarin nggak langsung itung kembaliannya."
"Ah, nggak papa toh dibalikin juga sama Enengnya."
Aku tersenyum lega. Hampir saja aku menghilangkan hak orang lain kalau saja aku tak mengembalikannya. Mungkin itu cuma 20 ribu buatku. Tidak berharga. Tapi buat orang lain mungkin besar maknanya. Celakanya, kalau kita sudah terbiasa menyepelekan nominal kecil, bisa jadi kita juga akan menyepelekan nominal yang besar. Nauzubillah...
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Mini Stories: Part Two [COMPLETED]
RandomMari ngopi Akan kuceritakan cerita-cerita yang kudengar dari mereka sekali lagi Sekuel Mini Stories