AMAL

23 4 0
                                    

-

Aku buru-buru pergi ke masjid. Khotbah Jumat sebentar lagi dimulai. Seusai salat aku merogoh kantong celana mencari uang untuk dimasukkan ke dalam kotak infaq yang diedarkan di antara para jamaah dan aku baru ingat kalau aku lupa membawa recehan. Sebagai gantinya, aku justru menemukan uang lima puluh ribu.

"Aduh, lima puluh ribu," batinku. "Uang sisa selembar begini masa mau dimasukin ke kotak infaq?"

Aku masih bersikukuh mencari receh. Aha, dua ribu rupiah. Aku bersorak dalam hati kala menemukan selembar uang dua ribuan dari kantong kemeja. Segera saja aku memasukkan lembaran uang itu ke dalam kotak sambil tersenyum pada jamaah di sebelahku yang langsung menggeser begitu saja kotak infaq-nya.

"Tuh kan, masih mending aku dong masukin dua ribuan daripada orang di sebelah nggak masukin apa-apa. Cih, pelit!" batinku.

Aku pun keluar dari masjid dan bersalaman dengan jamaah yang lain. Aku bertemu lagi dengan bapak-bapak yang tadi shaf-nya di sebelahku. Dia sedang bersalaman dengan seseorang yang kukenal sebagai salah satu pengurus masjid.

"Ah, Pak. Saya mau memberitahu kalau hari ini ada rapat dewan pengurus masjid bersama donatur jam 7. Donasi Bapak kemarin yang seratus juta--"

"Ssttt.. Jangan dibahas di sini, Pak. Dibicarakan nanti saja kalau sudah rapat. Kabari saya kalau misal ada perubahan jadwal."

"Oke, siap."

Seratus juta. Dan dia tak mau menyombongkannya. Masya Allah. Sementara aku yang baru memasukkan dua ribu rupiah saja sudah merasa sombong. Astagfirullah.

-

Mini Stories: Part Two [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang