-
Teruntuk suamiku.
Hai, apa kabarmu? Apakah surat dariku--ah, surat dari Pengadilan Agama atas permintaanku-- itu sudah sampai ke rumahmu?
Kau pasti terkejut ya? Sama. Itu juga yang kurasakan saat pertama kali kumelihat foto-foto mesra di galeri ponselmu bersama dengan wanita lain yang kutak tahu siapa.
Sepuluh tahun membina rumah tangga, dan aku masih merasa kau menyimpan rahasia. Banyak sekali rahasia. Tapi aku selalu berpikir bahwa kau memang pendiam, tak banyak bicara. Sampai akhirnya ada bukti yang memperlihatkan semuanya.
Demi Tuhan, kupikir kau setia. Aku telah mengabdikan dirimu, mengandung anakmu, berbagi bahagia dan tangis denganmu, berkorban segalanya bagimu, tapi apa yang kudapat pada akhirnya? Pengkhianatanmu.
Ah, sudahlah. Mungkin kau punya alasan lain yang tak bisa kau ungkapkan. Seperti yang kau bilang waktu itu. Tapi hatiku tetap sakit. Asal kau tahu saja, tak ada satupun-- ingat, satupun-- wanita yang rela suaminya membagi cintanya untuk wanita lain.
Terima kasih sudah memberi hikmah baru dalam hidupku. Terima kasih sudah memberi cinta selama sepuluh tahunku. Maaf aku tak bisa mengabdi lebih lama lagi padamu karena aku tak suka dimadu. Aku mau surga tapi bukan dengan cara yang seperti ini. Bukankah masih ada jalan lain untuk menuju ke surga bersama?
Terima kasih.
Dari istri yang dulu pernah menyayangimu.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Mini Stories: Part Two [COMPLETED]
RandomMari ngopi Akan kuceritakan cerita-cerita yang kudengar dari mereka sekali lagi Sekuel Mini Stories