-
Kuketuk partisi kaca di sebelahku. Pria di ujung kursi masih tak menyadari. Kuketuk lagi. Pria itu masih pura-pura tak peduli. Kuketuk lagi, lebih keras kali ini. Pria itu akhirnya menoleh ke kiri. Ke arahku. Dia mengikuti arah telunjukku.
Aku menunjuk stiker dengan tulisan SMOKING IN PUBLIC AREAS STRICTLY PROHIBITED yang dicetak besar-besar dengan warna mencolok yang ditempel di partisi kaca itu di sebelahku. Pria itu justru mengacungkan jari tengahnya padaku alih-alih mematikan rokoknya. Dia bilang I don't talk to a mute dengan gerak bibirnya.
Aku mendesah sebal. Baiklah. Manusia memang banyak yang seperti ini. Tak mau dinasihati oleh sesamanya. Tapi aku tetap mencoba karena aku peduli. Tidak, aku hanya ingin menyelamatkannya. Kubilang don't throw the cigarette butt to the ventilation below dengan bahasa isyarat. Dia malah mengerutkan dahi. Ah, dia pasti tak paham maksudku. Aku pun berusaha menjelaskan dengan gerak tubuh yang mudah dipahami. Tapi dia masa bodoh dan justru membuang puntung rokoknya dengan sedikit bara yang masih menyala ke celah udara di bawahnya tanpa dia sadari di bawah sana adalah jalur subway.
Dan benar saja, tiba-tiba ledakan dahsyat timbul dari bawah tempat duduknya dan melesakkan dirinya serta meluluhlantakkan sekitarnya. Sudah kubilang kan banyak manusia yang seperti ini. Sulit dinasihati oleh manusia lain karena mungkin orang-orang seperti ini butuh Tuhan untuk menegur mereka.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Mini Stories: Part Two [COMPLETED]
RandomMari ngopi Akan kuceritakan cerita-cerita yang kudengar dari mereka sekali lagi Sekuel Mini Stories