-
Abah Basri memandang bangunan reot di depannya dengan tatapan sedih. Tongkat yang biasa dibawanya untuk membantunya berjalan berderak-derak karena tubuhnya berguncang akibat isakan tangis.
Abah Rusli yang berdiri di sampingnya menepuk-nepuk pundaknya.
"Bagaimana ini, Rus?" tanya Abah Basri yang tak dijawab apapun oleh Abah Rusli.
"Kita akan kehilangan satu-satunya tempat terbaik di kampung ini. Tempat yang dulu ramai oleh anak-anak mengaji, orang-orang yang sembahyang, warga kampung yang akan berangkat berkeliling menabuh genderang untuk membangunkan orang-orang sahur..." Abah Basri menjeda sesaat, "semuanya akan segera rata dengan tanah."
Abah Rusli menghela napas panjang.
"Kita bisa apa, Bas? Kita ini cuma orang tua. Yang mati-matian memperjuangkan tempat ini juga cuma kita berdua. Warga yang lain setuju surau ini digusur karena sudah tidak ada yang memakmurkan surau ini lagi. Lihatlah bangunan reotnya. Kita dulu pernah minta bantuan warga untuk memperbaiki surau ini tapi kau ingat apa kata mereka?"
"Buat apa surau itu? Kami sudah sibuk dengan dunia. Tak mungkin sempat lagi kami pergi ke surau. Surau itu cuma pantas untuk orang-orang tua seperti kalian yang sebentar lagi kembali ke tanah. Begitu kan?" Abah Basri mengusap air matanya saat mengulang kembali kata-kata itu.
"Sebentar lagi kita akan mati, Rus. Pengganti kita sudah tidak ada lagi. Orang-orang muda selalu sibuk dengan pekerjaan mereka dan apa itu benda yang selalu mereka bawa-bawa buat telepon itu? Bagaimana mereka bisa hidup tanpa merindukan Tuhan? Bagaimana mereka bisa hidup tanpa pegangan? Bagaimana cara agar mereka kembali peduli untuk sembahyang? Bagaimana--"
Abah Basri terbatuk-batuk sebentar. Tubuh rentanya memang sudah tak mampu berlari, tapi untuk sembahyang, apapun dia lakukan meski harus merangkak sekalipun.
"Memberikan hidayah bukan kuasamu, Bas. Kita doakan saja agar mereka kembali ke jalan yang benar." Abah Rusli menenangkan kawan karibnya itu.
"Sudah, sudah. Kau tak perlu risau. Kita masih bisa sembahyang jamaah di gubuk dekat sawah. Pemandangan di sana juga jauh lebih bagus," pungkas Abah Rusli sebelum mereka berlalu menuju sawah.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Mini Stories: Part Two [COMPLETED]
De TodoMari ngopi Akan kuceritakan cerita-cerita yang kudengar dari mereka sekali lagi Sekuel Mini Stories