-
"Saya sudah naik haji sembilan puluh delapan kali, Dik," begitu kata seorang pria yang tiba-tiba saja duduk di sisi kosong bangku yang kududuki.
Aku tersenyum. "Wah, hebat, Pak." Aku mengacungkan kedua jempolku.
"Naik haji itu memang menyenangkan. Setiap kali pergi ke sana, saya selalu ingin kembali lagi. Makanya doa yang saya panjatkan ya semoga bisa ke sana lagi lain kali," pria itu menerawang. Tampak sekilas matanya berkaca-kaca.
Lalu pria itu mengoceh lagi tentang kesannya selama naik haji dan suasana selama berada di tanah suci. Aku mendengarkan.
Tiba-tiba aku haus dan ingin minum.
"Pak, maaf. Saya mau ke warung sebentar. Beli minum. Permisi."
"Oh, iya iya, Dik. Silakan."
Tapi pria itu tak lantas beranjak dari bangku itu meski tak ada orang yang mau duduk di sana di antara lalu lalang orang.
"Bu, beli air mineralnya dua," kataku pada si pemilik warung.
"Bapak itu pasti cerita soal dia naik haji sembilan puluh delapan kali ya, Dik?" tanya si ibu pemilik warung.
"Ah, iya betul, Bu. Kok ibu bisa tahu? Kedengaran sampai sini?" aku memberikan sejumlah uang yang diterima dengan senang hati oleh si ibu karena aku tak mau mengambil kembaliannya.
"Bukan. Bapak itu sudah begini," si ibu memberi tanda "gila" dengan melintangkan jari telunjuknya ke dahi. "Sudah edan. Sudah sering dia begitu. Pergi ke sana kemari, cerita soal hal yang sama ke hampir setiap calon penumpang kereta. Usut punya usut si bapak itu ternyata nggak pernah naik haji karena dia ditipu sama agen travel haji yang bawa kabur uangnya. Alhasil, jadi gila deh itu si bapak."
Aku tersenyum. "Berarti yang pantas disebut gila itu orang yang bawa kabur uangnya si bapak, Bu. Cari uang kok dengan cara nggak halal. Cuma orang yang hilang akal yang bisa begitu."
Lalu aku segera kembali ke bangku tempat aku duduk tadi.
"Ini, Pak, minum dulu. Mungkin Bapak haus." Aku mengangsurkan satu botol air mineral kepada pria itu. Pria itu menerimanya dengan suka cita.
"Makasih, Dik. Saya memang haus."
Pria itu kemudian langsung menenggak separuh isi botol.
"Saya ingin memenuhi impian saya naik haji sampai sembilan puluh sembilan kali. Tinggal satu kali lagi saja..." pria itu bercerita lagi dengan tatapan menerawang.
"Amin. Semoga Bapak segera naik haji ya, Pak, dan jadi haji yang mabrur."
Si bapak mengaminkan doaku sambil mengangguk-anggukkan kepala sampai-sampai dia tidak mendengarku berpamitan padanya kala kereta yang kutunggu sudah datang.
Kudengar suara lamat-lamat dari mulutnya yang menggumamkan kalimat talbiyah "Labbaik Allahumma labbaik, labbaika la syarika laka labbaik inna al hamda wa an ni'mata laka wa al mulk la syarika laka" sambil terus mengangguk-anggukkan kepalanya.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Mini Stories: Part Two [COMPLETED]
De TodoMari ngopi Akan kuceritakan cerita-cerita yang kudengar dari mereka sekali lagi Sekuel Mini Stories