LAPAR

28 2 0
                                    

-

"Terima kasih."

"Terima kasih, Kak."

"Terima kasih, Mas."

"Terima kasih, Pak."

Orang-orang itu berterimakasih sambil menerima bungkusan makanan yang kubagikan dengan wajah bahagia. Aku justru terharu karena harus melihat wajah mereka yang masih bisa tersenyum di masa sulit seperti ini, di barak penampungan pengungsi, karena perang yang tak kunjung berhenti.

"Terima kasih, Om," suara anak kecil itu membuyarkan lamunanku.

"Sama-sama," jawabku sambil mengusap kepalanya.

"Om itu dokter kan?" tanya anak itu. Aku mengangguk mengiyakan.

"Tugas om kan nolong orang. Om bisa ga nolong aku dan orang-orang ini? Om bisa ga bikin obat yang bikin kita ga ngerasa laper lagi?"

Hatiku mencelos. Aku menangis. Kapankah perang ini harus berakhir? Bukankah tak ada yang menang dalam sebuah peperangan?

 Kapankah perang ini harus berakhir? Bukankah tak ada yang menang dalam sebuah peperangan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

Mini Stories: Part Two [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang