SANDAL

39 5 0
                                    

-

"Janganlah kamu menukar yang buruk dengan yang baik--"

"Lah kan bener, Pak. Kok ga boleh?" aku menepis ungkapan Bapak sebelum berangkat ke masjid untuk salat ashar.

"Dengerin dulu omongan Bapak sampe selesai, Le." Bapak memukul sedikit kepalaku. Aku meringis.

"Kalo konteksnya sandal jepit ya nggak boleh. Kamu pergi ke masjid pake sandal jelek, pulang-pulang pake sandal bagus. Lah kan nyolong itu namanya."

"Ah, Bapak bisa aja. Tapi, Pak, kehilangan sandal di masjid itu baru musibah kecil," kataku.

"Musibah besarnya apa?" tanya bapak penasaran.

"Musibah besarnya itu kalo sandal kita nggak pernah keliatan di masjid."

"Hoooo pinter juga kamu." Bapak mengusap-usap kepalaku kemudian memakai pecinya. Aku ikut memasang peciku di kepala.

"Tapi mau kecil atau besar kan sama-sama musibah," kata bapak.

"Makanya itu berdoa dulu tiap mau ngapa-ngapain biar nggak kena musibah. Biar Allah selalu jaga kita."

"Le, kamu kok sekarang pinter? Sinau saka ngendi?" Bapak memujiku.

Aku cuma tersenyum. Lalu kami melafalkan doa keluar rumah bersama-sama.

-

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mini Stories: Part Two [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang