RESIGN

24 3 0
                                    

-

Aku teringat kata ibu. Ingatlah. Jangan pernah kamu salah pilih dalam dua hal: pasangan dan pekerjaan, karena kamu akan menghabiskan hampir seluruh waktumu untuk dua hal itu.

Dan di sinilah aku. Datang ke bagian HRD untuk membawa surat resign dengan tekad bulat dari rumah.

"Sudah dapat pekerjaan lain?" tanya kepala HRD-ku.

"Belum," aku menggeleng.

"Nggak takut jadi pengangguran? Jaman sekarang cari kerja susah lho."

"Hmm..." Saya lebih takut laknat Allah.

"Kenapa berhenti?"

"Mau lanjut studi aja, Pak." Teman sekantor saya toxic semua. Bergunjing, maksiat di kantor, makan uang haram dari pungli...

"Kamu mau S2? Bagus itu. Tapi apa nggak sebaiknya S2-nya sambil kerja aja? Kerja sambil kuliah gitu lah. Sayang lho. Gaji di sini bagus banget. Masa kamu rela melepas pekerjaan bagus begini?"

"Biar fokus aja, Pak. Saya nggak bisa kalau harus kerja nyambi kuliah." Saya nggak bisa terlalu lama kerja di tempat seperti ini. Banyak orang munafik yang bisa saja menyesatkan saya

"Oh. Oke kalau begitu. Semoga berhasil ya studinya." Semoga berhasil, Pak, untuk membawa teman-teman Bapak mencari hidayah karena saya sudah mencoba tapi selalu gagal.

-

Mini Stories: Part Two [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang