Hari ini ngga seperti biasanya, terlalu melelahkan bagi Raeya. Pagi tadi, dirinya diharuskan untuk berangkat lebih pagi ke kantor karena harus menemani Taeyong, direkturnya, bertemu dengan klien yang berada di kota lain yang jaraknya cukup jauh dari Seoul. Selain itu, disana tiba-tiba Raeya mendapatkan masa periode nya yang membuatnya harus pergi ke toko untuk membeli pembalut, karena dirinya ngga menyangka akan mengalami menstruasi waktu itu dan memang karena dirinya ngga pernah menghitung waktu kapan dirinya akan kedatangan tamu. Karena dirinya sedang bekerja, mau tak mau dia harus cepat menemukan toko dan kembali lagi ke tempat dimana Taeyong dan kliennya berada.
Taeyong dan Raeya kembali ke Seoul kira kira jam 3-an. Itupun Raeya juga harus segera membuat laporan kegiatan dan harus diserahkan kepada Taeyong. Hingga sampai jam 5 sore laporan berhasil dia selesaikan.
Karena Doyoung bekerja, dia pun pulang ke apartemen naik bus seperti biasanya. Cuacanya cukup tak bersahabat kala itu, mendung tapi udaranya panas. Biasa terjadi saat hujan akan turun. Dan benar saja, hujan turun dengan derasnya saat Raeya masih berdiri di dalam bus yang penuh dengan penumpang. Kali ini dirinya sungguh tak beruntung karena ngga ada bangku kosong saat pertama dia naik ke bus. Badannya seakan remuk, ibarat wajib militer dia harus membawa tas dengan berat lebih dari 5 kg di punggungnya, setelah itu dia harus berlari sejauh 10 km. Benar benar melelahkan.
Sampai di halte bus, meskipun jarak halte ke apartemen ngga begitu jauh, tapi jika hujan seperti ini mana bisa dia menerobos dan berlari begitu saja. Yang ada seluruh badannya basah kuyup, ditambah dirinya lagi pms. Juga Raeya tipe orang yang mudah pusing dan demam, kalo dia nekat, pasti dia akan sakit. Kali ini dia ngga bakal ngambil resiko itu.
Jika saja Jaemin dan Jeno masih ada di apartemen mereka, pasti dirinya sudah menelepon Jaemin untuk menjemputnya karena dirinya ngga bawa payung. Sungguh hari yang tidak memberuntungkan bagi Raeya.
Saat termenung sendiri di halte bus, hp Raeya yang berada di tas berdering. Saat dilihat, ternyata Doyoung yang menelepon.
"Iya," jawab Raeya melas.
"Kenapa suaranya kayak gitu?" Ucap Doyoung dari seberang sana.
"Aku lupa ngga bawa payung, ngga bisa pulang ini ujan deres banget,"
"Lagi dimana sekarang?"
"Halte,"
"Jangan nerobos!"
"Ngga bakal, aku juga lagi dapet,"
"Pms?"
"Hm,"
"Yaudah, nunggu aja sampe hujannya reda. Bentar lagi aku juga pulang, nanti aku lewat halte buat jaga-jaga," kata Doyoung.
"Iya,"
Doyoung menutup teleponnya.
Raeya menghembuskan napas berat. Saat ini dia sangat mengharapkan bisa lekas mandi dan tiduran karena badannya sudah lelah sekali ingin istirahat. Seperti habis lari maraton, pegel.
Untungnya, setelah cukup lama menunggu, sekitar jam 6 hujannya mulai reda. Mungkin Doyoung masih lama sampe di halte karena pasti jalanan macet kalo hujan hujan begini, jadi Raeya memutuskan untuk jalan kaki saja.
Sampe di apartemen dia langsung menuju ke kamar menaruh tas, dan langsung mandi. Sekitar tiga puluh menit, Raeya selesai membersihkan badannya. Tepat saat dia keluar dari kamar mandi, Doyoung masuk.
"Habis mandi?" Tanya Doyoung.
"Iya. Sana mandi sekalian," ucap Raeya.
"Ya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Raeya, and This is My Life | Doyoung x You ✓
Любовные романы[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] --- DOYOUNG X YOU [COMPLETE] Perkataan gue ke dia "mau ngga kalo jadi tunangan saya yang sebenernya?" bener" udah ngerubah hidup gue. Spontanitas yg bikin gue ikut masuk ke dalam masalah di dalamnya. Tapi gue ngga nyesel, d...