Sekitar jam setengah lima sore ini, Taeyong menutup rapat. Raeya membereskan berkas dan segera berlalu mengikuti Taeyong keluar ruangan rapat. Tak lupa, Raeya membungkuk dulu berpamitan pada karyawan lainnya saat akan pergi keluar.
Raeya mengikuti Taeyong ke ruang direktur untuk meletakkan dokumen yang ia bawa di meja Taeyong. Saat melihat Taeyong seperti kepanasan, Raeya berkata padanya,
"Apa perlu saya bawakan minuman dingin terlebih dahulu?" Tawar Raeya bersungguh-sungguh.
"Boleh juga. Bawakan saja es teh,"
"Baiklah, tunggu sebentar,"
Raeya melenggang pergi untuk membuat es teh untuk Taeyong. Sebenarnya Raeya juga sangat haus, makanya ia berinisiatif menawarkan minuman. Ia lakukan karena ia juga ingin es teh sebenarnya. Tak butuh waktu lama, Raeya sudah kembali ke ruangan Taeyong dengan es teh ditangannya.
"Ini,"
"Ya, terimakasih."
Raeya langsung pergi keluar untuk ke meja kerjanya. Duduk nyaman sambil meminum es teh yang tadi juga ia buat untuk dirinya sendiri.
Padahal di kantor ada AC, di ruang rapat pun ada, bahkan di setiap penjuru ruangan terpasang AC. Tapi tetap saja, minuman dingin memang sangat cocok diminum setelah sibuk dengan pikiran dan tenaga. Untuk mendinginkan otak.
Raeya tidak bisa berlama-lama untuk menikmati es tehnya. Baru habis setengah cup, Taeyong sudah keluar ruangan dengan membawa tas nya.
Ya, karena ini sudah jam pulang kantor.
Raeya berdiri untuk menyapa direktur nya.
"Raeya, kalau bisa yang saya minta tadi sudah siap sebelum kita pergi ke New York besok." Ucap Taeyong sebelum pulang.
"Baik, Taeyong-ssi," jawab Raeya.
"Baiklah, kalau begitu saya duluan,"
"Ya, hati-hati,"
Raeya kembali duduk. Merenggangkan otot-ototnya. Menghabiskan sisa es tehnya dan lekas pulang juga.
Raeya keluar kantor dan cuacanya panas tapi langit terlihat mendung. Pantas saja dari tadi Raeya merasa gerah dan panas meskipun di dalam kantor. Untung aja bus dateng nggak lama lama amat. Tapi percuma juga sih, di dalem bus pun panas semakin menampakkan dirinya.
Bus berhenti di halte, dan beberapa penumpang ada yang naik dan ada juga yang turun. Entah kebetulan apa tidak, mata Raeya menangkap sosok yang ia kenal.
"Kak Rae!"
"Jangan teriak!"
Raeya menunduk karena merasa sedikit malu. Dua adek yang sangat menyebalkan, Lucas dan Mark, menyapa dirinya dengan suara yang sangat lantang. Dan dengan PeDe-nya Lucas memanggil namanya lantang dan melambaikan tangannya.
Mereka berjalan menghampiri Raeya yang duduk di kursi paling belakang. Mark duduk begitu di samping kakaknya dan Lucas di samping Mark karena kebetulan kursi bagian belakang kosong. Mark dengan santainya menyenderkan kepalanya di bahu kakaknya dan mulai memejamkan mata.
"Pasti main! PS! Nggak mungkin baru selesai acara di Universitas Yonsei jam segini?!" Ucap Raeya sedikit sadis.
"Kapan lagi ah elah bisa main. Kak, kita tuh jarang main keluar. Biarin aja kali ngga papa, anak remaja kek kita ya kerjaannya main," jawab Lucas sekenanya.
"Kerjaan kalian tuh belajar, biar masuk universitas yang bagus. Tapi nggak papa lah, kasihan juga adek gue," pungkas Raeya.
"Lagian dulu kita kan les mulu, iri tau sama mereka yang bisa main nongkrong di kafe sama temennya. Berasa kek ayam gue dikandangin mulu," ucap Lucas lagi, Mark mengangguk pelan di bahu Raeya membetulkan ucapan Lucas.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Raeya, and This is My Life | Doyoung x You ✓
Romansa[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] --- DOYOUNG X YOU [COMPLETE] Perkataan gue ke dia "mau ngga kalo jadi tunangan saya yang sebenernya?" bener" udah ngerubah hidup gue. Spontanitas yg bikin gue ikut masuk ke dalam masalah di dalamnya. Tapi gue ngga nyesel, d...