Pineapple Poison

366 38 0
                                    

"Mau es?"

Tanya Doyoung ke Raeya. Raeya mengangguk. Karena Raeya bener bener dehidrasi sekarang. Saat ini udah malem, tapi mereka masih belum pulang dari acara musik jazz.

"Aku liat ada es buah tadi dekat parkiran. Aku pengen itu, tapi ngga usah pake nanas," kata Raeya pada Doyoung yang akan pergi membelikan minuman.

"Tunggu disini,"

Ucap Doyoung setelah itu berdiri untuk pergi ke tempat jualan es buah dekat parkiran. Tempatnya ngga jauh.

Doyoung sampe di tempat jualan es buah seperti yang dikatakan Raeya.

"Dua ya mbak, yang satu ngga usah pake nanas," kata Doyoung ke mbak mbak yang jualan.

"Ya, tunggu dulu duduk disitu," ucap mbaknya.

Doyoung duduk di kursi yang disediakan di sana. Baru akan mengeluarkan dompet, dan dia sadar kalo dia meninggalkan dompetnya di jaket, dan saat ini dia sedang melepas jaketnya.

"Mbak, dibuatin dulu ya, saya mau ambil dompet saya sebentar, ketinggalan,"

"Siap,"

Doyoung kembali ke tempat Raeya berada untuk mengambil dompetnya. Raeya yang melihat suaminya kembali dengan tangan kosong pun bertanya tanya.

"Mana?"

"Masih dibuatin, dompet aku ketinggalan,"

"Pelupa!"

"Kamu lupa kamu juga sangat pelupa?" Katanya disaat menemukan dompetnya di saku jaket levis nya.

Setelah itu Doyoung meninggalkan Raeya lagi yang masih tak terima dikata pelupa, walau aslinya memang bener dia pelupa.

Doyoung kembali ke tempat penjual es buah. Tinggal beberapa langkah saja, dia melihat orang lain sedang berdiri di depan mobil yang digunakan untuk berjualan es buah itu sedang bertingkah aneh. Pandangannya kemana mana dan ngga ada mbak mbaknya yang jualan.

Namun prasangka buruk Doyoung tiba tiba lenyap begitu saja saat melihat mbak mbaknya ternyata baru saja jongkok dan memberikan sebuah es buah untuk orang itu. Ternyata pembeli sepertinya ternyata.

Doyoung sampe di tempat yang jualan es buah dan berpapasan dengan orang itu. Doyoung tak bisa melihat wajahnya karena dia memakai topi dan masker. Doyoung tak begitu mempermasalahkan hal itu dan lebih baik membayar pesanannya yang sudah jadi.

"Berapa mbak?" Tanya Doyoung.

"Lima puluh, mas," jawab mbaknya dan menyodorkan dua es buah kepadanya.

"Terimakasih," mbaknya tersenyum.

Doyoung kembali lagi ke Raeya yang sepertinya sudah ngga sabar buat minum es buahnya. Tangannya mengibas ngibas di area wajahnya. Sepertinya dia sangat kegerahan sekarang.

"Nih,"

"Udah ya? Makasih," ucap Raeya lalu meraih es buahnya.

Doyoung duduk di samping Raeya dan Raeya mulai meminum es buah pesanannya.

"Ngga pake nanas kan?"

"Engga,"

Raeya percaya pada Doyoung karena memang ngga ada rasa nanas sedikitpun. Baru beberapa menit es buah Raeya udah habis seakan gelas plastiknya bocor. Padahal punya Doyoung masih ada setengah.

"Pulang aja yuk, udah malem juga. Kasihan Jaemin sama Jeno belum makan malam," pinta Raeya.

"Yaudah, aku beresin ini dulu," ucap Doyoung.

I'm Raeya, and This is My Life | Doyoung x You  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang