Dilema

455 43 0
                                    

"Sekarang apa rencana mu?"

Ayah Doyoung bicara pada putranya sambil membaca koran di teras rumahnya. Semenjak ia mengundurkan diri dari perusahaan, dia belum pernah mengunjungi rumah orang tuanya.

"Belum tau,"

"Kerja saja di perusahaan ayah, jadi penulis radio nggak ada salahnya, kan?"

"Nggak tau, yah. Belum ada pikiran kesitu,"

"Kamu itu apa yang tau?"

"Ibu mana?"

"Ditanya apa jawabnya apa. Lagi ke rumah tetangga, Bu Mina baru saja pulang dari rumah sakit kemarin,"

"Oh,"
.
.
Taeyong yang sedang berjalan di lobi kantornya tak sengaja berpapasan dengan Yuta.

"Taeyong!"

Taeyong berhenti dan menyapa Yuta. Sebenernya di luar perusahaan mereka adalah teman. Jadi sudah biasa kalau mereka hanya memanggil nama saja.

"Eh, lo udah denger kabar?" Omong Yuta.

"Apaan?"

"Gila lo, dia sekretaris lo tapi nggak tau kabarnya sekarang? Bapaknya meninggal, Yong," ucap Yuta.

"Hah! Soalnya dia nggak ada hubungi gue. Kok lo bisa tau?"

"Udah nyebar kali ke semua orang perusahaan, lo kemana aja,"

"Lo lupa gue kemarin ada bisnis luar kota?"

"Oh iya. Udahlah, lo nggak mau jenguk gitu, soalnya kemarin kita udah ke pemakaman,"

"Nanti deh gue pikirin, makasih ya,"

Taeyong pun langsung meninggalkan Yuta yang sedikit kebingungan karena sikapnya. Bisa saja sekarang dia langsung pergi ke rumah Raeya, kan ada portofolio waktu dia ngelamar kerja di sini, jadi pasti ada alamatnya. Tapi ada satu hal yang bikin dia pikir dua kali.

Sudahlah.

🍁

Raeya masih berdiam diri di kamar. Bukan hanya Raeya, tapi semua orang berduka karena ayah mereka pergi sangat cepat. Benar-benar tidak ada tanda-tanda, tiba-tiba takdir memanggil ayah mereka.

Bunda lah yang paling sedih diantara semua orang di rumah. Tentu saja, ditinggal suami untuk selamanya bukanlah hal yang ringan. Selain menjadi kepala keluarga, ditinggal pergi orang yang dicintainya merupakan hal yang paling berat.

Sekarang Taeil, yang merupakan anak pertama, apalagi seorang pria, harus menjadi penguat bagi semua keluarganya. Seperti sekarang, dia lagi di dapur menemani bundanya membereskan beberapa piring yang digunakan kemarin karena tentunya banyak orang berduka datang ke rumah mereka.

"Bunda yang sabar ya, semua udah diatur Tuhan," Taeil mencoba menenangkan bundanya, meskipun bundanya tak terlihat begitu sedih seperti adik-adiknya yang lain.

"Iya, bunda tau. Sekarang, bunda minta kalian juga harus terima kenyataan ya,"

"Bunda,"

Raeya yang ternyata sudah ada di dekat dapur mendekat ke arah bundanya. Dia langsung memeluk bundanya erat. Menangis di pelukannya.

Bunda membalas pelukannya erat, mencoba menenangkan putri tertuanya itu. Taeil mengelus kepalanya pelan. Dia tau, diantara keempat adiknya, dia yang paling cengeng. Ditambah lagi musibah ini begitu berat.
.
.
Kini semua berkumpul di ruang tengah. Ini adalah permintaan bunda mereka.

I'm Raeya, and This is My Life | Doyoung x You  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang