Try to Correct

466 41 0
                                    

Setelah pernikahan adeknya, Taeil nggak langsung pulang ke rumah. Dia pergi ke TYCompany. Disinilah dia sekarang, berdiri di depan gedung tinggi dimana Taeyong pasti ada di dalamnya.

Mumpung lagi bisa ketemu, dia pengen memperbaiki kesalahannya. Ya, kesalahannya, dan itu aja kalau bisa.

Kenapa itu kesalahan Taeil? Itu menurut dirinya sendiri.

Dia melangkah memasuki lobi, dan bertanya pada salah satu penjaga lobi dimana ruangan Taeyong.

"Permisi, dimana kantor direktur?" Tanya Taeil sopan.

"Silahkan naik ke ke lantai dua,"

"Ah, baiklah. Terimakasih,"

Taeil pergi menuju lift untuk naik ke lantai dua. Di dalam lift, terlihat dia menghembuskan napas berkali-kali. Saat pintu lift terbuka, dia berjalan menyusuri lorong. Dia berjalan dan mencari ruangan Taeyong. Nggak butuh waktu lama, Taeil menemukan ruangan Taeyong. Di depan pintu dia berdiri, menoleh ke kiri dimana terdapat meja yang lumayan besar, dan dua kursi juga yang pastinya itu tempat adeknya bekerja setiap harinya.

Taeil berpikir apa bisa dia menemui Taeyong di perusahaan tanpa janji?

Adeknya lagi nggak kerja dan nggak bisa bantu dia. Toh kalau Raeya kerja, dia nggak mungkin berani datang ke kantor juga. Yang ada Raeya akan melontarkan banyak pertanyaan yang akan membuat dirinya pusing harus bagaimana menjawabnya.

Akhirnya dia memberanikan diri untuk mengetuk pintu besar itu. Langsung ada jawaban, yang menyuruhnya untuk masuk.

Taeil membuka pintu dan masuk ke ruangan Taeyong. Taeyong yang syok dengan kehadiran Taeil langsung menghentikan aktivitasnya. Menatap Taeil dingin tanpa ekspresi.

"Kenapa lo bisa kesini?" Tanya Taeyong langsung.

"Lo sibuk?" Tanya Taeil balik.

"Seperti yang dilihat. Kenapa lo bisa masuk dimana sekretaris gue sedang nggak..ah, benar. Raeya itu adik lo," pungkas Taeyong.

"Yong, gue tau lo pasti salah paham. Gue pengen minta maaf kalo itu salah gue," Taeil berkata pada Taeyong.

"Kalau lo ngomong gini cuma karena khawatir adek lo susah kerja disini, nggak perlu. Gue profesional," jawab Taeyong.

"Bukan, bukan itu. Gue pengen minta maaf,"

"Buat?" Taeyong masih memberikan tatapan dingin.

"Adek lo," jawab Taeil.

"Udahlah, gue nggak mau bahas itu lagi. Gue bingung kenapa kalian selalu ganggu pikiran gue. Taeil, gue nggak mau nginget kejadian itu, jujur gue masih marah dan nyesel, tapi udahlah, nggak usah ganggu gue lagi. Gue juga nggak bakal nyusahin Raeya, karena tadi gue bilang, gue profesional. Doyoung juga nggak pernah ngungkit masalah itu, jadi biarin," Taeyong mengatakannya dengan menatap tajam mata Taeil.

"Ini nomor telepon gue, terserah mau di simpan atau enggak, yang jelas gue nggak mau pertemanan kita jadi putus gini. Lo tu sahabat gue, Yong. Gue, Lo, Doyoung, gue pengen kita akur kayak dulu," ucap Taeil bersama dengan meletakkan kertas kecil berisi nomor teleponnya. Setelah itu pergi meninggalkan ruangan Taeyong.

Taeyong menatap punggung Taeil yang semakin menjauh hingga Taeil menghilang dibalik pintu. Taeyong melepas kacamatanya dan mengusap wajahnya kasar. Nggak tau lagi dia harus gimana.

🍁

Taeil sampe rumah sore sekitar jam lima. Dia melihat Raeya duduk bareng Mark yang lagi nonton tv di ruang tengah. Mark ketawa keras banget sedangkan Raeya juga ketawa tapi nggak sampe ngakak.

I'm Raeya, and This is My Life | Doyoung x You  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang