03

45.4K 2.3K 128
                                    

PLEASE VOTE AND COMMENT

Rambut masih acak-acakan, iler masih terlihat jelas di samping bibir, ditambah dengan piyama doraemon yang masih terbalut di tubuhnya, Sakura keluar kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rambut masih acak-acakan, iler masih terlihat jelas di samping bibir, ditambah dengan piyama doraemon yang masih terbalut di tubuhnya, Sakura keluar kamar.

"Haus.." Ucapnya dengan suara parau sambil berjalan menuju dapur. Jangan lupakan matanya yang masih setengah tertutup. Masih mau bergelut dengan guling, tapi berhubung tenggorokannya butuh air, Sakura terpaksa bangun.

"1 jam 3 menit, saya tungguin kamu." Ujar Pak Wira yang sudah ada di rumah Sakura sejak 1 jam 3 menit yang lalu.

Awalnya Sakura pikir ia masih mimpi, jadi ia tak menghiraukan ujaran Pak Wira. Oleh sebab itu dengan tetap melangkah menuju dapur.

Pak Wira membiarkan mahasiswinya yang dalam waktu 2 minggu akan menjadi istrinya itu untuk minum. Barangkali dengan segelas air kesadaran Sakura bisa muncul.

"Ah lega." Ujar Sakura puas, setelah 2 gelas air putih membasahi tenggorokannya. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling dapur, berniat mencari Mamanya, mau minta makan. Perutnya sudah keroncongan.

"ASTAGANAGA! BAPAK!" Sakura menjerit saking kagetnya dengan keberadaan Pak Wira dihadapannya. "Bapak ngapain disini?" Tanya Sakura sambil misuh-misuh.

"Tungguin kamu bangun, tungguin kamu sadar kalau hari ini kita punya janji buat beli cincin kawin." Jawab Pak Wira sambil menatap Sakura tajam.

"Astaga! Ini itu masih pagi Pak. Bapak bisa datang lebih siangan dikit gak sih?"

"Apakah jam 11 lewat 56 menit itu masih dikategorikan pagi buat kamu? Siangan dikit yang kamu maksud itu jam berapa?"

Sakura langsung melihat jam dinding. Sial! Hampir jam 12. Hancur sudah martabatnya saat ini. "Anjing!" Umpatnya pelan agar tak didengar Pak Wira. Pantas saja rumahnya sepi. Papa dan Mama pasto lagi sibuk di toko roti sedangkan kedua adiknya lagi sekolah.

"Ngumpat lagi?" Skakmat! Wira ternyata memdengar umpatannya. Jangan bilang sebentar lagi bibirnya akan dihukum. Aduh! Sakura takut... takut gak bisa kontrol dirinya. Ciuman Pak Wira kan memabukkan.

"Jangan cium saya Pak." Secara otomatis Sakura menutup mulut dengan kedua tangannya. Jaraknya dengan Pak Wira hanya beberapa senti sekarang.

Tapi sepertinya permintaan Sakura tidak digubris. Ya sudah, lagian gak ada salahnya ciuman. Dengan santai Sakura menurunkan kedua tangannya, menutup kedua matanya, bersiap menikmati ciuman Pak Wira lagi.

PLAK!

"Aduh!"

"Kamu pikir saya mau cium kamu 'lagi'"? Sindir Pak Wira setelah menghadiahi sebuah jitakan di jidat Sakura. "Rambut masih acak-acakan, ileran, piyama doraemon plus gak pakai bra, kamu pikir saya apaan?" Ucapan Pak Wira yang pedas tentu saja menyadarkan Sakura dengan penampilannya saat ini. Sial! Sakura merutuki kebodohannya sendiri. Jancok! Anjing! Pengen maki-maki tapi ia masih sayang dengan jidatnya, jangan sampai dibuat benjol karena jitakan dosen satu ini.

Dinikahin DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang