PLEASE VOTE AND COMMENT
Warning ⚠️
Menjadi ibu dan istri dengan status masih sebagai mahasiswi itu ribetnya luar biasa. Harus bisa jagain anak, sambil ngurus rumah, plus harus bisa mencuri waktu utnuk mengerjakan tugas kuliah. Untungnya ada suami yang setia membantu mengerjakan semua tugas gue. Siapa lagi kalau bukan Mas Wira. Semakin kesini, gue semakin cinta sama gue.
"Ini skripsinya udah Mas baca, menurut Mas udah tepat, tapi coba kamu konsultasikan lagi dengan dosen pembimbing kamu." Ucap Mas Wira setelah selesai membaca skripsi gue. Meskipun suami gue adalah dosen, tapi beliau cukup profesional untuk membiarkan gue mengerjakan tugas gue sendiri. Pokoknya Mas Wira bakalan bantuin gue disaat gue berteriak minta tolong, itu pun gak dibantuin semuanya. Mas Wira mau agar gue berusaha dengan kemampuan gue sendiri.
"Berarti besok aku titipin Ara sama Chanie bisa kan? Soalnya jadwal konsultasinya besok, Mas." Sejak Ara berusia 5 bulan, Mama udah balik ke Surabaya. Sedangkan gue dan Mas Wira kembali tinggal di unit apartement kami. Sejauh ini sih masih aman aja, gue masih bisa membagi waktu gue meskipun agak ribet, tapi gue mencoba untuk menikmati kehidupan gue saat ini.
"Emangnya gak papa? Mas takut Chanie lagi sibuk."
"Gak papa. Dia sama Hansel lagi lowong besok." Jawab gue. Chanie dan Hansel sudah wisuda duluan gue. Maklum, waktu gue kan kepakai buat bersalin.
"Oh iya." Mas Wira mengangguk paham. "Sa?" Tiba-tiba Mas Wira memanggil gue. "Iya Mas?"
"Kamu gak merasa butuh babysitter? Mas takut kamu gak bisa membagi waktu kamu." Gue bisa merasakan nada khwatir yang tersirat dalam pertanyaan Mas Wira. Namun, gue menggeleng pelan sambil tersenyum. "Untuk saat ini belum, Mas." Selama ini tugas gue hanya mengurus Ara dan Mas Wira. Gue gak pernah cuci baju, kecuali bajunya Ara, karena Mas Wira gak mau gue kecapekan makanya kita pakai jasa laundry. Untuk bersihin apartement juga kadang Mas Wira yang kerjakan, atau gak kita pakai jasa go-clean. Sedangkan untuk masak, gue masak yang gak begitu ribet. Kadang kala memilih untuk go-food.
"Beneran?" Mas Wira memastikan.
"Iya, Ayah." Jawab gue sambil menangkup kedua pipinya. Gue juga memangkas jarak diantara kita dan berakhir dengan mencium bibirnya. "Makasih yah udah jadi suami yang pengertian." Ucap gue dengan tulus. Gue menatap wajahnya dengan lamat. Gue gak pernah bosan untuk bilang bahwa gue beruntung punya suami seperti dia.
"Makasih juga udah jadi istri aku, Sa." Mas Wira membalas ucapan gue. Dia mendekap gue dengan erat. Membawa gue kedalam hangat rengkuhannya. Gue sangat menikmati moment-moment keromantisan kami seperti ini, apalagi Ara sedang tidur, jadi kami punya waktu berdua.
Gue tahu, apa arti tatapan Mas Wira saat pelukan kami terlepas. "Sa..." Suaranya dalam. Gue membalasnya dengan senyum. Itu seperti kode bagi Mas Wira untuk berbuat lebih.
Kami larut dalam ciuman yang kami ciptakan sendiri. Decapan demi decapan terus bersahutan memeriahkan setiap lumatan yang kami lakukan. Perlahan namun pasti, gairah itu mempompa laju nafsu kami. Gue dan Mas Wira sama-sama mencari posisi untuk kami berdua.
Sedikit lagi. Sedikit lagi kami bersatu, namun hal itu tak terlaksana saat kami mendengar suara tangisan Ara. Gue mematung menatap Mas Wira, demikian juga Mas Wira. "Ara..." Ucap gue dengan suara pelan, nyaris tak terdengar. Didetik berikutnya, gue mendorong tubuh Mas Wira pelan, dan berlari menuju Ara.
Gila yah! Saat gue melintas didepan cermin, gue baru sadar dengan kondisi tubuh gue yang 'berantakan'; rambut acak-acakkan, bibir merah, baju yang berantakan, dan yang lebih parahnya, gue gak pakai bawahan. Gue melirik kearah Mas Wira, penampilannya sama kayak gue. Gak pakai bawahan. Gue pengen ketawa, tapi gue kasihan juga sama Mas Wira. Bisa gue lihat bukti gairahnya. "Tunggu Mas. Sebentar lagi Ara bobo nih." Ucap gue dengan suara pelan.
Gue pun segera meninabobokan Ara kembali. Dan untungnya, gak lama kemudian dia kembali kealam mimpinya, alias tidur lagi. Semoga aja anak gue tidurnya lama, gue mau berduaan dulu sama Ayahnya. Mau main kuda-kudaan, eh, ups! Maaf kalau terlalu frontal.
"Sini Masku sayang." Panggil gue dengan suara menggoda nan sensual. Jarang-jarang nih gue kayak gini, jadi jangan heran kalau Mas Wira langsung bereaksi lagi.
Okay, kalian tau kan apa yang selanjutnya terjadi? Heheh.. ya begitulah pokoknya. Gue sama Mas Wira bekerja keras demi mencapai kepuasaan duniawi kami.
-***-
Wkwkw, jangan ngeluh kalau pendek guys. Bersyukur aja yah.
Btw, baca cerita baru gue kuy. Judulnya DILEMMA
- Tentang Sea yang jatuh cinta pada orang lain, sedangkan dia sudah dijodohkan dengan kakak dari sahabatnya sendiri. Lebih parahnya lagi orang itu adalah dosennya sendiri.
-Tentang Lucas yang terlibat friendzone dengan Sea, namun harus menerima kenyataan bahwa Sea malah dijodohkan dengan kakak kandungnya sendiri.
-Tentang Anton, yang malah menyukai perjodohan ini.
-Tentang Denia yang harus merasakan patah hati dibalik perjodohan Sea dan Anton.
-Tentang Jeffrey yang disukai Sea, namun Jeffrey justru lebih menyukai matematika daripada pertikaian rumit berfondasikan cinta.
Ya emang sih, temanya mainstream, tentang perjodohan, dan dosen, tapi tenang aja, gue bakalan bikin alur yang berbeda biar gak mainstream.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinikahin Dosen
RomanceSakura Bramanta tidak pernah menyangka dirinya akan dijodohkan dengan dosennya sendiri, Wiradharma Wijaksana, atau yang lebih sering dipanggil Pak Wira. Sejak awal Sakura selalu menduga jika dosennya ini seorang gay. Terus Sakura harus nikah sama ga...