15

38.8K 1.8K 21
                                    

PLEASE VOTE AND COMMENT

PLEASE VOTE AND COMMENT

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terpuruk.
Terantuk-antuk dalam rasa sakit
Ambruk diterpa kenyataan pahit.
Merasa diri adalah yang terburuk.

Harusnya Chanie senang melihat orang yang paling ia benci mendapat musibah.

Harusnya Chanie bergembira diatas rasa penderitaan orang itu.

Harusnya ia bersorak-sorai, bertepuk tangan karena semesta membiarkan orang yang paling ia benci diterba badai kencang.

Harusnya...

Namun, kenyataannya tak begitu.

Chanie terduduk di pojokan kamar kosnya, memeluk lututnya yang terlipat, membenamkan kepalanya disana. Sesegukkan terdengar menghiasi kesunyian kamar ini.

Ya, dia menangis.

Ibu kandungnya. Orang yang sudah beberapa tahun belakangan ini enggan ia panggil Mama,  mendapat musibah.

Tante Vilia, Mamanya Chanie ditangkap dengan kepemilikan Narkoba. Entah narkoba jenis apa itu. Chanie tak mau mencari tahu.

Hatinya sakit dengan alasan yang belum ia ketahui dengan jelas. Apakah karena malu punya Mama yang ditangkap karena narkoba, atau justru karena ia masih sangat menyayangi Mamanya?

Chanie meraih ponselnya. Ia teringat dengan Papanya. Pasti keadaan sang Papa tak beda jauh dengannya. Sama-sama hancur. Chanie ingin menghubungi Papanya, namun ia tak sanggup. Sehingga ia beralih menelepon Sakura. Satu diantara dua sahabatnya. Yang paling ia butuhkan sekarang keberadaan mereka.

Dering telepon berlangsung lama. Sakura dan Wira sama-sama mengatur nafas sebelum Sakura mengangkat telepon itu.

"Halo Chan?"

"Sakura..." Tak perlu menerka-nerka, Sakura tahu saat ini keadaan Chanie sedang tak baik-baik saja.

"Dimana?"

"Kosan."

"Gue kesana." Panggilan itu pun selesai.

"Kamu mau kemana?" Tanya Wira saat melihat gelagat Sakura yang buru-buru bersiap-siap.

"Kosannya Chanie." Jawab Sakura.

"Ngapain?"

"Chanie ada masalah. Aku gak tahu masalah apa. Keadaannya sedang tidak baik-baik saja. Dia perlu aku dan Hansel." Jelas Sakura tanpa melihat Wira. Ia sibuk dengan dirinya sendiri. Mengambil tas, dompet, dan juga jaket.

"Aku pergi dulu yah." Baru saja tangan Sakura meraih gagang pintu, suara Wira mengghentikannya. "Berhenti dulu." Tegas dan dalam.

"Saya itu suami kamu. Bisa hargain saya gak?" Tuntut Wira.

Dinikahin DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang