18

36.3K 1.8K 70
                                    

PLEASE VOTE AND COMMENT

Wira terus melirik semua jam yang ada disekitarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wira terus melirik semua jam yang ada disekitarnya. Mulai dari jam tangan, jam dinding, jam yang ada di handphone, pokoknya semua jam.

Khawatir sekaligus gelisah, itulah yang tengah dirasakan Wira. Sejak tadi pagi Sakura tak mengabarinya. Itulah alasan utama dibalik rasa khawatir dan gelisahnya. Apalagi saat ini sudah jam 9 malam.

Daripada diliputi kekhawatiran, lebih baik Wira menghubungi Sakura. Dipenuhi perasaan harap-harap cemas, Wira menunggu sampai Sakura mengangkat teleponnya.

"Halo?" Wira bisa menangkap rasa takut dari nada bicara Sakura. Mungkinkah ia takut Wira akan memarahinya? Salah besar! Justru dengan sangat lembut Wira bertanya, "Are you okay? Chanie baik-baik ajah kan?"

Seketika itu juga Sakura dilanda rasa berasalah. Saat ini Wira pasti berpikir jika dia sedang bersaam Chanie, mengingat kondisi Chanie yang masih belum baik. Padahal kenyataannya dia sedang berduaan dengan orang lain.

"Hey? Kamu masih disana kan?" Tanya Wira karena Sakura tak kunjung menjawab.

"Iya." Sakura terpaksa berbohong.

"Mau aku jemput?" Penawaran Wira langsung ditolak secara halus oleh Sakura. "Gak papa. Aku bisa pulang sendiri kok."

"Yaudah. Hati-hati dijalan yah. Aku tunggu di rumah."

Panggilan itu pun berakhir. Wira lega, karena Sakura baik-baik saja. Tapi, tak sepenuhnya lega. Karena Sakura belum ada dihadapannya saat ini.

***

Setelah panggilan itu berakhir, Sakura langsung meminta untuk pulang. Sepanjang perjalanan pulang, Sakura lebih memilih diam. Tenggelam dengan prasangkanya sendiri.

Apakah Pak Wira bakalan marah sama gue?

Kira-kira gue bakalan dihukum apaan yah?

Terus Edgard gimana?

"Ada yang mengganggu pikiran kamu?" Tanya Edgard seraya memelankan motornya.

"Enggak kok." Sakura berusaha tersenyum saat Edgard meliriknya melalui kaca spion. Tak ingin Edgard tahu dengan kegelisahan hatinya saat ini.

Perjalanan menuju apartement terasa lebih mencekam sejak mereka sampai di parkiran. Sakura merasa takut.

"Katanya tinggal di lantai 12, kenapa malah tekan lantai 11?" Pertanyaan Edgard membuat Sakura sadar dari lamunannya. Saat ini kebohongannya terungkap. Tapi, ia masih bisa beralasan, "Kayaknya gue salah bilang ke lo deh waktu itu." Tanpa sadar ia kembali menggunakan gue-lo.

Edgard tak menjawab banyak. Ia hanya tersenyum dan mengangguk. Seoalah paham. "Kamu satu lantai dong sama Pak Wira." Jantung Sakura seketika berdegub kencang hanya karena mendengar Pak Wira.

Dinikahin DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang