Sakura Bramanta tidak pernah menyangka dirinya akan dijodohkan dengan dosennya sendiri, Wiradharma Wijaksana, atau yang lebih sering dipanggil Pak Wira. Sejak awal Sakura selalu menduga jika dosennya ini seorang gay. Terus Sakura harus nikah sama ga...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kehamilan Sakura sudah menginjak usia trisemester ketiga. Artinya, sebentar lagi Wiju akan lahir. Calon Ayah dan Bunda itu sudah menyiapkan segala keperluan Wiju. Mulai dari baju-baju, perlengkapan, dan juga nama pastinya.
Jika diawal-awal kehamilan Sakura, Wira sedikit merasa frustasi perkara harus menjauh dari Sakura. Maka berbeda dengan usia kehamilan yang semakin tua ini. Bisa dikatakan ini adalah usia kehamilan yang Wira sukai. Sebabnya apa? Dia bisa menyentuh Sakura. Dan hormon ibu hamil memang menggila. Sakura jadi lebih berhasrat.
"Mas...." Kalau nada suara seperti ini, Wira sudah hafal apa yang Sakura mau. "Mau banget, Bun?" Tapi dia iseng banget. Sok jual mahal.
"Ayah..." Sakura mengangguk.
"Bentar yah, Mas periksa ini dulu." Kali ini Wira bukan bermaksud iseng. Dia memang sedang memeriksa makalah mahasiswanya. Tinggal sedikit lagi selesai. Tanggung banget kalau dia tinggalin begitu.
"Cepet yah Ayah." Pinta Sakura.
"Iya.." Angguk Wira sambil mengulum senyum. Dia jadi ingat masa-masa frustasinya dulu saat Sakura memintanya menjauh. Bisa kalian bayangkan bagaimana rasanya serumah dengan orang yang kalian cintai dengan segenap hati, yang sudah kalian miliki baik hati maupun fisiknya, tapi sayangnya kalian harus menjaga jarak? Gak usah dibayangin kalau gak mau tau rasanya tersiksa. Bagai hidup tak bernyawa. Dalam radius 1 meter kalian saling menatap dan berbicara. Jika mendekat barang sejengkal saja maka alarm tanda bahanya akan berbunyi. Sakura akan mengalami gejala-gejala mual. Syukurnya, masa-masa itu sudah terlewati.
Sekarang saatnya membantu si ibu hamil untuk menuntaskan hasratnya. Jika ibu hamil sudah berhasrat, maka suami pun ikutan berhasrat juga. Kalau kata Wira sih, mumpung dikasih kesempatan yah dinikmatin, cuk!
***
Masih dalam posisi bergelut di bawah selimut tanpa sehelai benang pun, Sakura bertanya "Mas, aku gendutan yah?" Tiba-tiba ia merasa tidak percaya diri.
"Iya. Jadi makin chubby gini pipinya." Jawab Wira dengan jujur.
"Aku udah gak cantik lagi dong?" Nada sedih dalam pertanyaan Sakura membuat pandangan Wira teralih sepenuhnya kewajah Sakura. "Kata siapa?"
"Aku kan udah gendut. Badan udah melar. Pipi udah chubby, udah gak cantik lagi."
"Wajar dong kalau kamu gendut, kamu kan lagi hamil." Wira hanya berniat untuk menjawab ketidakpercayaan diri Sakura dengan rasional. Sayangnya, jawaban itu justru terdengar menyakitkan buat Sakura.
"Jadi gara-gara aku hamil aku udah gak cantik lagi?" Wira terhenyak saat mendengar itu. Ibu hamil dan hormonnya yang sensitif. Oh ayolah, apakah mereka harus berdebat dengan kondisi telanjang pasca bercinta seperti ini?