Terima Kasih Atas 300K views 🙇♀️
PLEASE VOTE AND COMMENT
Mempunyai seorang bayi ternyata bukan perkara yang mudah. Sakura terus belajar menjadi ibu yang baik bagi anaknya. Harus menyusui anaknya kapanpun sang anak mau. Entah itu pagi, siang, malam, atau tengah malam, Sakura harus tetap siaga.
Bersyukur ia mempunyai suami seperti Wira yang bisa diajak kerja sama untuk mengurus anak. Sakura jadi ingat kata-kata Wira sebelum ia melahirkan dulu, bahwa ia akan berkerja sama dengan Sakura dalam mengurus anak mereka. Dan hal itu benar-benar ia lakukan.
Ini sudah pukul 3 pagi, Ara, begitu nama sapaan anak mereka, belum juga tidur. Matanya masih berbinar-binar untuk bermain. Tak peduli dengan keadaan Ayah dan Bundanya yang sudah mengantuk setengah mati. "Kamu tidur aja, biar Mas yang jagain Ara." Ujar Wira dengan lembut.
"Enggak papa kok, biar Mas aja yang tidur, aku yang jagain dia." Tolak Sakura. Disaat seperti ini, ia masih sempat mengingat jika besok suaminya mempunyai jadwal mengajar. Jadi, suaminya butuh istirahat.
"Besok jadwal Mas siang. Jadi Mas masih bisa bangun telat." Balas Wira dengan lembut.
"Tapi Mas.."
"Udah kamu tidur aja. Seharian ini kamu jagain Ara terus, pasti capek kan? Biar Mas yang jagain dia sekarang." Sumpah demi apapun, Sakura jadi terharu dengan perilaku suaminya yang begitu perhatian. "Mass..." Ia menatap Wira dengan mata berkaca-kaca.
"Lho, kenapa nangis?" Wira jadi panik. "Ada yang sakit?" Tanyanya.
Sakura menggeleng. Ia malah memeluk Wira dengan erat. "Makasih Mas. Makasih udah mau ngertiin aku." Ucapnya.
"Lho kok makasih sih? Bukankah sudah seharusnya Mas ngertiin kamu?" Wira bertanya.
"Pokoknya makasih Mas." Sakura mengecup pipi Wira bertubi-tubi. Ternyata perlakuan Sakura terhadap Wira mendapat respons negatif dari putri mereka. "Aaaaa..." teriak Ara.
"Tuh anaknya cemburu." Gurau Wira sambil tertawa.
"Ara mah gak seneng liat Ayah dicium Bunda." Sakura malah menjahili anaknya. Alhasil, Ara pun menangis kencang.
"Sttt.. udah, udah. Diam ya sayang." Spontan Wira pun membujuknya. "Bunda tidur aja, biar Ayah yang main sama Ara." Usir Wira dengan lembut.
"Makasih yah Ayah." Ujar Sakura.
Berhubung Sakura masih dalam tahap belajar sebagai seorang Ibu, maka mereka memutuskan untuk tinggal di rumah Ayahnya Wira untuk sementara waktu. Mamanya Sakura juga ikutan tinggal disini. Paling tidak dia ingin membantu Sakura mengurus cucu kesayangannya itu sampai Sakura lihai mengurusnya sendiri. Sedangkan Papa dan kedua adiknya sudah balik ke Surabaya.
Pagi ini Sakura sudah disibukkan dengan mengurus si kecil Ara. Sebelum memandikan buah hatinya itu, dia sengaja menyusui Ara terlebih dahulu, kemudian mengajak Ara untuk berjemur supaya sehat. Setelah itu, barulah ia memandikan Ara.
"Udah makin lihai urusin anak, nih." Puji sang Mama.
"Iya dong." Bangga Sakura.
"Berarti bisa dong kalau Mama tinggalin kamu dan balik ke Surabaya?" Pertanyaan Mama membuat Sakura membeku. Ragu-ragu ia menoleh pada sang Mama, "serius Mama mau balik ke Surabaya?"
"Iya." Angguk Mama.
Sejujurnya Sakura masih takut untuk mengurus Ara sendiri. Ia takut kalau ia tak bisa. Semakin hari Ara semakin aktif, dan itu semakin membuat Sakura kewalahan. Dia sampai menyampingkan urusan perkuliahannya demi memberi perhatian penuh kepada sang buah hati. Saat ada Mama saja dia merasa kewalahan, bagaimana jika tanpa Mama, yang ada Sakura bisa mati berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinikahin Dosen
RomanceSakura Bramanta tidak pernah menyangka dirinya akan dijodohkan dengan dosennya sendiri, Wiradharma Wijaksana, atau yang lebih sering dipanggil Pak Wira. Sejak awal Sakura selalu menduga jika dosennya ini seorang gay. Terus Sakura harus nikah sama ga...