43

30.4K 1.4K 63
                                    

PLEASE VOTE AMD COMMENT

Perpisahan yang paling menyakitkan adalah perpisahan karena kematian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perpisahan yang paling menyakitkan adalah perpisahan karena kematian.

Sepenggal kalimat itulah yang mewakili perasaan Wira dan Ayahnya. Hati keduanya hancur lebur saat melihat wanita yang paling mereka cintai di dunia ini terbaring kaku tak bernyawa.

Kemarin ia bahagia sekali, sekarang dia sedih sekali. Takdir selalu begitu. Seolah-olah sedang mempermainkan manusia. Tapi nyatanya, takdir hanya berjalan sesuai dengan alurnya. Tak ada niatan untuk menyakiti. Takdir hanya menjalankan tugasnua saja.

Jenazah Ibu dipulangkan ke Indonesia untuk disemayamkan disini. Jauh sebelum kematian Ibu, Ayah selalu menemaninya. Bahkan sampai kepada pemakaman Ibu, tak pernah Ayah meninggalkannya. Beliau selalu setia mendampingi sang istri.

Pandangannya kosong. Hampa. Titik-titik kesakitan karena perpisahan itu masih membekas jelas padanya.

Harusnya beliau bisa siap ketika kematian menjemput sang istri. Karena beliau tahu sendiri bagaimana perjuangan sang istri melawan penyakitnya itu. Beliau sudah tahu hal ini akan terjadi. Iya, kematian pasti akan datang. Hanya saja, sekalipun dia sudah siap, rasanya terlalu cepat. Mendadak. Dan terpaksa ia kembali lagi ketitik dimana rasanya ia belum siap.

Suasana rumah terlihat ramai, karena banyak keluarga Wira yang masih berada di rumah. Sayangnya, walaupun terlihat ramai, sejatinya rumah ini sangat sepi. Karena mereka masih sangat berduka. Walau demikian mereka tetap berada disini untuk memberikan kekuatan serta penghiburan bagi Wira dan Ayahnya.

"Ibu udah gak merasakan sakit lagi, Yah. Ibu udah sembuh. Ibu udah bahagia." Sakura mendekat kepada mertuanya itu dan memberikan penguatan.

"Iya, Sa. Ibu udah gak sakit lagi, gak perlu disuntik ini itu, gak perlu minum obat banyak. Ibu udah sembuh." Ayah mengangguk.

"Ibu udah bahagia diatas sana." Tambah Sakura dan Ayah pun mengangguk menyetujui itu.

Pandangan Sakura berpencar mencari keberadaan suaminya. "Kak Wira ada kamar kayaknya, Kak." Kata Lily yang seakan tahu jika kakaknya ini sedang mencari keberadaan suaminya. "Makasih, Dek. Kakak ke kamad dulu." Pamit Sakura.

Dilantai atas jauh lebih sepi dibanding dilantai bawah. Kamar Wira kebetulan ada di lantai atas. Ketika Sakura masuk kedalam keadaan kamar gelap. Meski begitu ia tetap bisa mendapati sosok suaminya yang sedang berdiri didepan jendela. Pandangannya kosong. Sorot mata Wira sarat akan kesedihan dan kesakitan.

"Mas..." Sakura menghampiri Wira. Menautkan jarinya disela jari-jari Wira. Bersandar pada lengan sang suami. "Ibu udah bahagia." Ucap Sakura.

"Masih banyak hal yang ingin aku kasih sama Ibu." Kata Wira dengan suara pelan. Nyaris tercekat.

"Mas udah jadi anak yang baik buat Ibu. Semuanya udah Mas kasih. Gak ada yang perlu Mas sesalkan." Ucap Sakura sambil menggenggam erat tangan Wira seakan sedang mentransfer ketabahan dan kebesaran hati untuknya.

Dinikahin DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang