10 | Study Tour pt. O1

550 156 47
                                    

Katakanlah aku labil, karena memang begitu faktanya.

I Like Me Better
- Lauv -

***

Melody membuang nafas kecewa. Hatinya iri bukan main. Ingin rasanya dia mencabik-cabik Timothy saat ini juga. Kurang ajar! Sialan! Brengsek! Sebenarnya pacar Timothy itu siapa sih?! Dirinya atau Ficka?

"Tapi gue pingin duduk sama lo," mohon Melody memelas. Suaranya begitu lirih, membuat Ficka semakin tidak tega.

"Yaudah biar gue yang duduk sama Rayhan. Lo disini aja Mel," putus Ficka dibantah kuat oleh Timothy. Laki-laki itu mencekal pergelangan tangan Ficka saat ia akan menempati kursi samping Rayhan.

"Gak usah! Nanti malah jadi ribet," alibi Timothy tidak masuk akal. Lagi-lagi Melody mendengus, air mata sudah menggenangi pelupuknya.

"Tapi-"

"Udah deh Mel. Jangan lebay! Cuma beberapa jam kok, lo duduk sana sama Rayhan!" titah Timothy seraya mendorong pelan badan mungil Melody. Ketika air mata mulai tumpah melewati pipinya, Melody menurut saja. Ia berjalan lunglai dengan kepala yang menunduk.

Percikan api menyembur dari kedua indera penglihatan Ficka. Gadis itu mendengus sebal saat Timothy menariknya untuk duduk. Mereka duduk di lajur kanan, sehingga Melody dapat melihat dengan jelas apa saja yang dilakukan oleh keduanya.

"Mel tas lo mana?" tagih Rayhan. Melody hanya menunjuk tanpa membuka sepatah katapun. Gadis itu menatap lurus ke luar jendela bis.

"Holang kaya bebas, mau kacang tinggal beli," sindir Rayhan. Tapi tetap saja Melody tidak bergeming. Dan pada akhirnya Rayhan tidak peduli lagi. Ia akan menduduki tempatnya, jika saja Daffi tidak datang dan menyuruhnya untuk pindah.

"Baru ditinggal bentar udah kangen aja," celetuk Daffi. Huh, ia sudah tahu apa penyebab gadis ini mendadak murung. Saat melewati tempat duduk Timothy tadi, ia tak sengaja melihat sahabatnya itu tengah mesra-mesraan bersama Ficka. Eh, umm Timothy saja tepatnya.

"Jangan pindah tempat duduk nanti ribet," sendu Melody.

"Halah hidup gue udah ribet, jadi sans aja," balas Daffi dengan menaik-turunkan sebelah alisnya. Laki-laki itu merangkul pundak Melody dan membawanya untuk mendekat. "Papi lo minta pengamanan diperketat. Gue harus ada disamping lo selama acara. Semoga kita bisa bekerjasama, princess."

"Iya  pangeran," balas Melody lalu memeluk erat Daffi dan menyembunyikan wajahnya pada permukaan dada bidang lelaki itu. Daffi sih, tidak masalah. Selama tidak berlebihan, ia akan menganggap ini sebagai rezeki yang tidak boleh ditolak.

"Mereka gak ada hubungan apa-apa Mel," ungkap Daffi seolah mengerti dengan apa yang ingin Melody sampaikan. Gadis itu menggeleng tidak setuju. Menurut pemikiran otak minimnya, tidak seperti itu. Timothy ... Seperti menyukai Ficka dan dirinya dalam waktu yang bersamaan. Huuffttt jika seperti ini, apa perlu cinta ditolak, dukun bertindak?

"Bohong!" tuding Melody masih memeluk Daffi. Lelaki itu mengusap-usap punggung serta rambut panjang Melody dengan penuh kasih sayang.

"Umm ... Kita semua sahabat, kan?" tanya Daffi. Melody mengangguk mengiyakan. "Berarti mereka juga cuma sebatas sahabat, gak lebih."

"DAFFI!" gertak Timothy. Tak sengaja saat melirik ke belakang, ia menangkap sang kekasih tengah memeluk Daffi dengan erat. Sialnya Daffi juga membalas pelukan itu. Tentu saja Timothy tidak terima, sudah ia katakan Melody hanya boleh memeluk dirinya.

Rahang Timothy mengeras, ia dibakar api cemburu yang meronta-ronta. Dengan penuh emosi, Timothy menarik kerah baju yang dikenakan Daffi secara paksa. Rayhan yang tengah berbincang ria bersama Nayya pun dibuat terkejut dengan tindakan Timothy. Masalahnya ini bis sudah melaju, kalau mereka oleng gimana?

My Brother My Boyfriend [ SELESAI ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang