Kenapa harus ada yang terluka diantara mereka yang berbahagia?
***
"Gue mencium bau-bau danur semakin mendekat," gumam Rayhan dengan kedua jari jempol yang masih sibuk bergerak kesana-kemari menari di atas permukaan layar monitor ponselnya. Jempolnya mulai aktif ya bund :v
"Apaan sih anjir?" respon Daffi. Sementara Timothy sama sekali tidak menghiraukan kedua mahluk di sampingnya ini. Meracau saat hampir mati dalam pertempuran seolah lebih bermanfaat baginya yang tengah merintis karier per-game online-an.
"Ah, anjing-anjing! Darah gue habis woy!" hebohnya sesekali menggebrak meja. Keriuhan Timothy tentu saja membuat teman sekelasnya itu jengkel. Tapi mereka bisa apa selain memendamnya dalam-dalam?
Pintu yang ditendang paksa dari luar menimbulkan dentuman yang cukup kuat. Seisi kelas yang tengah menikmati free time pun, mendadak mengalihkan perhatian secara kompak pada si pembuat onar. Bukan laki-laki berbadan besar dipenuhi tato, melainkan seorang gadis mungil dengan otaknya yang terbawa terbang oleh angin puting beliung.
"Nah kan, benar," sambung Rayhan masih tidak mengalihkan perhatian dari benda pipih itu.
"Bau keringat," keluh Nayya saat orang itu perlahan berjalan mendekat dengan nafas yang masih tersengal.
"C-capek ... Hosh ... Ha ... Bis ... Di ... Ke-jar ma ... Hosh ... Hosh ... Malaikat izroil," cetus Melody. Ia sudah bersyukur tatkala kalimatnya itu mampu dirampungkan.
"Malaikat izroil nya ganteng gak? Kalau iya, gue juga mau dong sekali-kali dikejar sama orang ganteng," canda Ficka seraya menaik-turunkan alisnya. Melody yang kala itu tengah meremas perutnya seketika memasang mimik membingungkan.
Hah? Ganteng? Dari lubang sedotan yang diintip di Monas, ya, iyalah ganteng.
"Pak Gogoblok ganteng dari mananya anjir? Buncit mah iya," bingung Melody seraya berpikir keras. Celetukannya itu mengantarkan Nayya, Ficka, serta Rayhan pada tawa menggelegar sampai menembus dimensi lain, aniyo.
"Berdosa banget lo Melody," kata Rayhan. "Tau bayinya entar mirip sama Pak Ringgo, baru nyaho lo!"
"Ih, amit-amit jabang bayi buang ke si Nayya."
"Amit-amit anjir! Anak gue nantinya bakal cantik kalau cewek, sama kayak ibunya," pd Nayya berlebihan. Melody sudah berlagak memuntahkan semua isi perutnya, dimulai usus, ginjal, sampai pankreas. Tapi detik selanjutnya, gadis itu mengalihkan perhatian pada sosok yang sedang disibukkan dengan game online yang ada pada benda pipih di tangannya.
"Tim, lapar," rengek Melody sambil mengguncangkan sebelah tangan kekar kekasihnya. "Sarapan gue mana?"
"Mana gue tau. Emang gue emak lo?" sarkas Timothy ketus. Melody hanya menyengir kuda, otaknya berspekulasi bahwa Timothy masih merajuk atas kejadian kemarin.
Semua sahabatnya sudah hampir menatap nyalang pada laki-laki itu, jika saja Melody tidak menanggapinya dengan santai. Well, bukankah Melody akan sensitif jika membahas topik yang menurutnya sangat terdengar menyesakkan?
"Jangan dekat-dekat!" hardik Timothy sambil menahan pergerakan gadisnya yang semakin maju. Melody tidak mempedulikan peringatan itu, ia masih saja memajukan wajah disertai bibir mungilnya yang sengaja dimanyunkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother My Boyfriend [ SELESAI ✓ ]
HumorFOLLOW DULU AKUN AUTHOR !! REVISI 90% BERBEDA DARI VERSI SEBELUMNYA HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN CERITA INI MENGANDUNG BAHASA KASAR oke happy reading ❤ - - - - - [ COMEDY - ROMANCE ] Otaknya yang minim serta akalnya yang gila membuat orang...