Rencana akan menyaksikan sunrise gagal total. Si ketua Dajatira tadi sudah mencak-mencak jika saja mereka tetap pergi dan mengabaikan dirinya. Mau bagaimana lagi, gadis gila kesayangannya belum terbangun dari tidur nyenyak serta alur dari bunga tidur.
"Udah kelar semedinya?" jengah Daffi melihat si gadis asuhan malah cengengesan tanpa dosa. Kurang lebih satu jam lamanya mereka menunggu Melody turun dari kamar untuk sarapan bersama. Sebelumnya Timothy telah mengirim pesan via group chat Dajatira, bahwa mereka tidak boleh mendahului makan sebelum ia dan Melody turun ke bawah. Menjengkelkan? Tentu saja! Sudah rencana sunrise gagal, sarapan pun harus ditunda hanya karena satu orang gadis jadi-jadian.
"Bukan semedi, tapi ritual," ralat Melody membisik.
"Ritual apa anjer?!"
"Mandi pagi. Ya, kali gue gak akan mandi dulu," jawab Melody ngegas. "Emangnya lo mikirin apa?"
Tuh kan, Daffi jadi kelabakan sendiri. Otaknya sudah mencar duluan sih. Tapi ya, gimana. Dia kan, laki-laki. Insting saat memikirkan Melody dan Timothy berduaan membuatnya merasa ... Ah, sudahlah yang ada nanti ia malah cemburu tak jelas.
"Gak ada!" balasnya tak acuh. Melody hendak menjawab, jika saja Timothy tidak menariknya duduk dan menyuruh untuk segera makan.
Aneka hidangan seafood telah Melody santap dengan rakus. Percayalah, setengah menu sarapan ia habiskan seorang diri. Setengahnya lagi dimakan bersama-sama. Tidak seimbang.
"Gak sopan!" tegur Nayya meratapi kebodohan lelaki di sebelahnya.
"Ini hotel gue, jadi suka-suka gue," balas Jack santai setelah kembali bersendawa. Aksinya itu mendapat dukungan penuh dari si kembaran. Lihat saja Melody kini sudah berbinar hendak memuji Jack.
"Gue suka gaya lo nyet," puji Melody heboh. Jack tersenyum lalu bertos ria bersama gadis itu.
"Anjir, mentang-mentang kembar, begonya juga dibagi dua," dengus Nayya sementara yang lainnya sudah tertawa. Sudah dibahas pada bab sebelumnya, Melody dan Jack itu sama-sama pemilik otak menara Pisa. Ya, walau Jack cenderung lebih pintar daripada Melody.
"Iri, bilang bos," ledek keduanya kompak. Disaat teman-temannya mendengus, sepasang mahluk titisan alien itu malah tertawa. Coba bubuhkan gelar adik kakak ter-uwu sepanjang abad. Pasti cocok.
"Mau ketawa sampai kiamat?" jengah Timothy, lama-lama ia merasa cemburu juga dengan kekompakan monyet dan kembaran itu.
"Ke pantai yuk," ajak Ficka memberi usulan. Semua mengangguk antusias, kan, judulnya juga study tour ke pantai bukan study tour ke Dinatya's Hotel.
Angin berhembus kencang menerpa siapa saja yang menghalangi jalurnya. Ini yang mereka sukai, udara khas pantai, deburan ombak yang berlari-lari, serta kapal-kapal nelayan yang mulai bergerak mengangkut muatan hendak berpariwisata laut. Semua ini sangat sulit ditemukan saat berada di tengah hingar-bingarnya perkotaan.
Melody, Nayya, serta Ficka sudah berlarian ke arah laut. Sekedar informasi, Melody sudah tidak mempermasalahkan perihal kemarin. Sudah, yang lalu biarlah berlalu.
Halah persetan dengan acara study tour itu. Tidak ada satu pun siswa-siswi SMA Angkasa yang melakukan penelitian terhadap objek yang diamati. Mereka disibukkan dengan pemandangan indah pantai, berfoto ria bersama kawan-kawan, menyantap hidangan laut yang masih segar, berjemur di bawah sinar matahari pagi, dan masih banyak lagi. Percaya atau tidak, para panitia penyelenggara juga melakukan hal yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother My Boyfriend [ SELESAI ✓ ]
HumorFOLLOW DULU AKUN AUTHOR !! REVISI 90% BERBEDA DARI VERSI SEBELUMNYA HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN CERITA INI MENGANDUNG BAHASA KASAR oke happy reading ❤ - - - - - [ COMEDY - ROMANCE ] Otaknya yang minim serta akalnya yang gila membuat orang...