20 | Ulang Bulan

435 107 23
                                    

Pokoknya Melody pingin ulangtahun setiap bulan!

***

"DORR!!"

Emily membuang nafas singkat. Saat membukakan pintu utama, ia dikejutkan dengan kehadiran anak gadisnya ini. Sedari malam menjemput, Melody sudah asyik berbincang lewat aplikasi pesan singkat bersama Emily. Gadis itu meminta agar Emily mau menggelar pesta ulangtahunnya yang ke-17. Walau sudah terlewat beberapa bulan, tapi Emily tetap mengiyakan. Membuat pesta seperti itu bukan hal yang sulit. Terlebih saat mengingat empatbelas tahun silam. Hampir saja mereka akan melaksanakan pesta besar-besaran ulangtahun yang ke-3 jika Melody tidak kecelakaan.

"Papimu mana sayang?" tanya Emily. Sebelum menjawabnya, Melody menyempatkan diri untuk mengukir senyuman semanis madu.

"Papi mau mampir ke toko dulu katanya. Mau beli miras."

"Kok, miras? Anak mami gak boleh minum minuman yang kayak gitu!" hardik Emily. Disaat seperti ini, author bersama rombongan readers ingin saling merangkul sambil berkata, "Mampus Melody, mampus!"

"Hehehe bercanda peace," balas Melody seraya membentuk huruf v diantara kedua jarinya. Emily mengusap dada lega, lalu mengajak Melody untuk memasuki rumahnya.

"Woah, rumah mami besar," ujar Melody takjub dengan mata berbinar. Gadis itu terus mengedarkan pandangannya ke seantero ruangan. Anggap saja ini sebagai pencitraan, kan, ia pernah dibawa Timothy kemari saat hujan-hujanan tempo lalu.

Emily terkekeh-kekeh dengan reaksi Melody. Ternyata putrinya itu masih sama seperti dahulu. Lucu, imut, dan menggemaskan.

Derap langkah kaki mengalihkan perhatian kedua wanita itu. Terlihat Timothy sedang menuruni anak tangga dengan setelan santai namun rapi. Taruhan, laki-laki itu akan pergi ke luar.

"Ngapain lo masih pagi dah disini?" ketus Timothy.

"Mau lihat si kecil tumbuh, kenapa? Pagi-pagi waktu yang bagus kan, buat dia yang baru bangun?" balas Melody tak kalah ketusnya. Gadis itu bahkan mendelikkan matanya jutek.

Jaket hitam yang ia tenteng diarahkan ke depan, menutupi sesuatu yang telah disinggung oleh sang adik. Sialan! Melody tidak pernah pensiun dari segala pemikiran ngeresnya. Tentu saja Timothy yang notabene-nya laki-laki dewasa pasti mengerti dengan serangkaian kalimat busuk Melody.

"Kenapa ditutupi? Awali hari dengan sedekah, boleh kali?" goda Melody iseng. Tampaknya Timothy tersipu malu. Lihat saja bagaimana merahnya kedua daun telinga itu.

"Ekhem. Mama lagi buat apa? Dapurnya berantakan banget sih," ujar Timothy hendak mengalihkan perhatian. Tanpa mempedulikan gadis itu lagi, ia berjalan menghampiri Emily yang masih asyik berkutat dengan alat-alat di sekitarnya.

"Buta apa gimana? Ada banyak whipped cream, masa' gak kelihatan?" sarkas Melody. Timothy mendengus, lalu tanpa aba-aba tangannya melayang begitu saja dan mendarat dengan sempurna pada atas kepala Melody.

"Ahk, Melody geger otak! Gimana ini??" panik Melody.

"Mels, jaga omongannya! Jangan asal ceplas-ceplos!" tegur Emily untuk kedua kalinya. Wajar saja sih, selama ini gadis itu hidup bersama Harry yang sibuk bekerja. Jadi kemungkinan tidak ada yang menegur saat mulutnya nakal. Dan ya, bukankah Harry juga sama absurd-nya?

"Iya, mami," pasrah Melody sementara Timothy sudah tak kuasa menahan tawanya lagi. Ia tergelak sampai terpingkal-pingkal.

Sekedar informasi, Emily memang lemah lembut. Tapi tak dapat dipungkiri aura keibuan begitu melekat pada dirinya. Ada sisi tegas tersendiri yang kadang-kala Emily tunjukkan. Dalam satu keadaan, ia bisa menjelma menjadi seorang teman yang akan mendengarkan masalah dari anak-anaknya. Oleh karena itu, walaupun tergolong bad boy yang kadang-kala membuat masalah Timothy selalu menahan dirinya untuk bergerak lebih jauh.

My Brother My Boyfriend [ SELESAI ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang