36 | Kesalahan Kedua Kenzie

301 59 163
                                    

Anjing, goblok, keparat, sialan, brengsek, bedebah, mati aja lo!!

***

"Saya sudah bilang berapa kali? Gugurkan kandungan kamu!" tegas si pria dalam mobil. Si wanita yang duduk di sebelahnya terkejut sambil menggeleng hendak mempertahankan argumen.

"Enggak! Ini bayi kamu, Kenzie. Kamu harus tanggung jawab," keukeuhnya untuk kesekian kali. Selepas test pack menunjukkan dua garis biru—bukan judul film—Kenzie tetap bersikukuh. Ia ingin melepas pertanggungjawaban atas aksinya malam itu.

"Hallah kamu juga menikmatinya!" bantah Kenzie. Tangis Stella semakin pecah. Ia tidak bisa jika harus membesarkan bayi ini seorang diri. Tapi sebagai wanita, ia juga tidak tega saat harus menggugurkan kandungan demi menutupi aib.

Ya, dua insan itu kini tengah dilanda perasaan berkecamuk. Ingin menutupi aib, tapi dengan cara bagaimana? Membunuh janin hasil hubungan gelap keduanya hanya akan menambah dosa. Nama baik keluarga telah mereka pertaruhkan sedari awal. 

"Kenzie, saya hanya minta pertanggungjawaban kamu. Apa sesusah itu?!" emosi Stella kian mencuat. Akan sangat keterlaluan jika lelaki ini lepas tangan begitu saja. Membuatnya hamil di usia dini dan sekarang harus menanggung beban itu sendirian?? Astaga tidak punya hati.

"Saya sudah bertunangan, Stella! Jangan hanya menguras kesabaran saya!!"

Stella, gadis itu hanya bisa memohon. Menggenggam sebelah tangan Kenzie disertai deraian air mata. Apa yang ia punya untuk bertahan hidup saat berbadan dua? Keluarga? Tidak ada. Tante Elisabeth sudah membuangnya. Rumah? Sayang, rumah peninggalan almarhum orangtuanya telah raib digondol penagih hutang.

"Saya mohon, Kenzie ... Kamu hanya perlu menanggung hidup bayi ini ... Saya mohon hiks ...."

Kenzie sempat memikirkan nasib bayi dalam rahim Stella. Tapi ingatannya tertuju pada Ficka, sang tunangan. Akan ada banyak orang yang menaruh kekecewaan jika ia mengakui perbuatan bejatnya tempo lalu.

Kenzie frustrasi. Di satu sisi ia tidak tega terus-menerus mencampakkan Stella serta bayinya. Di satu sisi lain, balik lagi ke persoalan. Ia bahkan belum siap menjadi ayah. Client bisnisnya ... Aduh, bagaimana mana ini?? Kenikmatannya pada malam itu membawa petaka berlanjut.

BRUK

Stella tercengang. Mobil yang ia tumpangi seperti baru saja menabrak sesuatu dengan keras. Ia mengalihkan perhatiannya pada Kenzie. Lelaki itu mulai panik menyadari sesuatu.

Kenzie kalut. Ia tidak tahu harus berbuat bagaimana selepas tak sengaja menabrak seorang gadis yang hendak menyeberang. Bisa ia lihat banyak darah yang keluar dari tubuh mungil gadis itu. Tentu saja tidak mengenal siapa korbannya, karena tertutupi rambut panjang gadis itu.

"K-Kenzie." Stella mencengkeram pergelangan tangan Kenzie. Bukankah seharusnya lelaki ini turun lalu memanggil ambulans dan kemudian memberi santunan untuk keluarga korban? K-kenapa Kenzie malah melarikan diri?

"H-hei! B-bagaimana dengan gadis itu, Kenzie?"

"Bodoh! Kalau kita bantu dia, yang ada kita habis babak-belur oleh massa. Memangnya kamu gak mau saya tanggung jawab buat bayi itu?" ketus Kenzie.

"T-tapi ... Dia ... Berdarah ...."

"Jangan heran! Dalam hidup selalu ada pilihan." 

Kenzie dan Stella menunduk dalam-dalam. Mereka sudah siap atas konsekuensi yang harus diterima. Bagaimanapun juga, situasi ini pasti akan terjadi.

My Brother My Boyfriend [ SELESAI ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang