Finally I found you, mom.
***
"Mel," panggil Daffi setelah sekian lama berkutat pada ponselnya.
"Apa? Udah bosen main HP-nya. Iya? Baru ingat disini ada gue, hmm?" jengah Melody ngegas. Bagaimana tidak, sejak dua puluh menit lamanya ia didiamkan oleh laki-laki ini. Entah apa yang begitu terasa menyenangkan dari isi benda pipih itu. Sampai gadis secantik dan segila dirinya dianggurin. Huuffttt songong si Daffi!
"Hehe gue baru nyadar lo gak gaib lagi," alibi Daffi sambil menyengir kuda dengan tampang polos seolah tanpa dosa. Melody memanyunkan bibirnya, ia memang mungil tapi ia tidak mikroskopis, kok. Sejauh ini masih bisa dilihat oleh mata telanjang.
"Yaudah sih anjir. Maafin gue napa Mel," ujar Daffi dan Melody berdecak. "Gue ke toilet dulu, ya?" pamitnya hanya dibalas dengan sebuah deheman tak minat oleh Melody.
Setelah kepergian Daffi, Melody segera memainkan ponselnya karena bosan dan tidak nyaman saat sendirian. Ia tidak punya teman ngobrol selain vas bunga di hadapannya.
"Bunga, kok lo cantik sih? Pake susuk ya? Gapapa ngaku aja, gue bisa jaga rahasia kok. Dengan syarat kasih dulu DP-nya. Murah kok, bunga. Cukup kasih tau gue dimana alamat dukun manjur lo. Iya, gue butuh banget ini bunga. Mantan gue harus dikasih pelet dulu. Ya, gimana? Cinta ditolak, dukun bertindak sih kalau gue," cerocos Melody gila. Ayolah, Instagram mendadak sepi layaknya kuburan. Mau stalking, tapi tidak tahu siapa targetnya.
Kini, Melody sudah disibukkan dengan game cacing pada ponselnya. Sambil sesekali mengumpat saat akan ditabrak pemain lain, Melody sambil terus komat-kamit mengucap sumpah serapah bagi Daffi yang tidak kunjung kembali. Gadis itu bahkan tidak menyadari bahwa meja di sampingnya telah diisi oleh seorang wanita setengah paruh baya dengan wajah berpendar bak rembulan malam.
"Shit! Jangan tabrak gue woy! Anjir ngajak ribut nih orang!" gerutu Melody. Suaranya yang terdengar tak asing lagi, membuat wanita setengah paruh baya itu mengalihkan perhatian.
Seketika jantungnya berdegup kencang. Ingin rasanya ia meminta tolong pada seseorang untuk sekedar menampar atau mencubit sedikit bagian dari tubuhnya. Hanya untuk membuktikan saja, tidak lebih.
"Melody?" panggil wanita itu. Tak ada sedikit pun keraguan pada nada bicaranya.
Saat dimana Melody menengokkan kepala sambil memasang wajah, "saya?" wanita itu sudah menutup mulutnya tidak percaya. Dengan manik berkaca-kaca serta bibirnya yang bergetar, ia mendekati Melody.
"Kamu, Melody Pierson?" ulangnya agar ia benar-benar yakin seratus persen. Melody mengangguk kebingungan.
"Iya. Tante siapa?"
Saat itu juga air mata Emily menetes membasahi bumi tempatnya berpijak. Masih gemetar, Emily menduduki kursi sebelah Melody lalu mendekapnya hangat.
"Bukan tante, nak. Ini mami sayang, ini mami," ujarnya. Melody mematung, jantung yang seharusnya berpompa dengan normal tiba-tiba terasa berhenti mendadak bersamaan dengan waktu yang sudah tidak menggerakan jarum jamnya lagi. Melody membalikkan badan menghadap wanita ini.
"Mami?" gumam Melody. Manik hijaunya sudah tergenang dengan air mata. Lalu dengan bebas tanpa beban terjun begitu saja tatkala Emily mengangguk yakin seraya mengelus rambut panjangnya berkali-kali.
"Iya, sayang. Ini mami ...."
"Mami ... Melody pingin ketemu mami dari dulu ... Hiks ... Mami ... Jangan tinggalin Melody lagi ... Hiks ..." rengek Melody lalu membalas pelukan Emily tak kalah eratnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother My Boyfriend [ SELESAI ✓ ]
MizahFOLLOW DULU AKUN AUTHOR !! REVISI 90% BERBEDA DARI VERSI SEBELUMNYA HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN CERITA INI MENGANDUNG BAHASA KASAR oke happy reading ❤ - - - - - [ COMEDY - ROMANCE ] Otaknya yang minim serta akalnya yang gila membuat orang...